Foto Saya

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Banjir Batu Akik di Mall Pinrang

Kemarin aku bertemu dengan seorang senior di Pinrang,  katanya ia ingin pergi ke mall Pinrang untuk melihat temannya yang tereliminasi dalam perlombaan batu akik, alasannya karna batu yang ia ikutkan lomba tidak memenuhi salah satu syarat, yaitu membawa bongkahan batu yang dilombakan. Ribet juga yah, karna jika batu yang kita punya meskipun berkelas dan sudah di olah akan tetapi jika tidak punya bongkahannya akan sia-sia dalam event lomba batu Akik di Pinrang seperti yang dialami oleh teman seniorku, yang katanya batu yang ia punya memiliki nilai jual yang tinggi. Sayang sekali aku tidak sempat menanyakan jenis batunya.

Malam tadi aku menyempatkan diri ke mall Pinrang. Ternyata di sana bukan cuman lomba tapi acara itu juga dirangkaikan dengan pameran batu. Terlihat halaman depan dan samping mall dipenuhi dengan etalase yang berjejeran dan didalamnya terdapat banyak batu akik, sampai-sampai beberapa peserta malah membawa mesin pengolah batunya. Mereka mungkin tak sadar kalau suara mesin itu sangat menggangu pengunjung seperti saya. Hhhe.

Semenjak mall Pinrang diresmikan ini kali pertama aku kesini, itupun hanya untuk melihat pameran batu. Aku sangat tertarik melihat batu yang membanjiri pekarangan mall, suasananya sangat berbeda jika dibandingkan dengan mall yang ada di Makassar yang isinya dipenuhi dengan barang impor yang menjajah produk-produk lokal. 

Entah kenapa kecenderunag masyarakat kita lebih menyukai barang luar negri! mungkin saja itu efek dari hegemoni iklan yang menjajal seluruh media sosial yang hampir setiap hari kita dipaksa untuk melihatnya walaupun pada dasarnya kita tidak membutuhkan itu tapi karna sering dilihat jadi itu terinternilisasi dalam kedirian kita menjadi sebuah kebutuan. Entahlah,  bisa juga karna ada sebab yang lain.

Aku merasa ada kebanggaan tersendiri saat berada dikerumunan pengungjung, hampir semua dari mereka terlihat senang dengan adanya kegiatan ini. Wajah riang disertai senyum tipis terpukau melihat keindahan deretan batu dibalik kaca etalase. Yah karna batu yang dipajang hampir semua berasal dari bumi Lasinrang (peristilahan nama lain kabupaten Pinrang) mungkin itu yang membuat wajah mereka memancarkan kekaguman yang tak ternilai. 

Spanduk yang dipasang di depan tiap stand memperjelas asal batunya. Seperti foto di bawah ini. Batu yang berasal dari Kecamatan Batu Lappa Pinrang. 

Stand batu Lappa
Batu Akik

Aku baru sadar ternyata Pinrang kaya akan batu Akik, ruang kosong pakarangan Mall Pinrang yang kemarin-kemarin hanya menjadi tempat parkir sekarang di penuhi oleh lapak batu Akik. Kini bukan lagi banjir air yang terjadi di Pinrang karna musim hujan sudah lewat, gilirang batu Akik yang membajirinya, tidak tangggung-tanggung tempat yang dibanjiri pun merupakan salah satu tempat mewah di kabupaten tersebut yaitu Mall Pinrang. 


Pinrang, 22/Februari/2015

Kebetulankah !? Bertemu Gede Pasek


Sore hari (11/02/2015) di Country Coffe Resto (CCR) Toddopuli Makassar terlihat banyak wartawan mengerumuni seseorang, tampaknya mereka lagi mewancari orang itu. Sementara aku di luar Café menyaksikannya sedang menunggu salah seorang seniorku namanya “Ka Idam. Aku tak tau pasti apa yang mereka perbincangkan, karna lantunan suara hujan yang menyelimuti pendengaranku. Meskipun aku penasaran tapi aku tidak punya keberanian untuk masuk. Tak lama kemudian HP-ku berdering itu panggilan yang aku tunggu-tunggu. Ternyata Ka Idam juga berada di dalam café bersama dengan kerumunan wartawan, ia menyuruhku masuk, “Panggil Ka Idam lewat telpon.

Dengan langkah yang tertatih-tatih ku beranikan diri untuk bergabung. Dalam hatiku berbisik “aku ingin sekali kabur dari tempat ini, saat melihat penampilan rapi ala pejabat orang di sekitaranku, sementara hanya aku dengan kaos oblong dan beralaskan sandal jepit. Tapi aku sudah janji untuk ketemu dengan Ka Idam di sini itulah yang mendorongku untuk tetap tinggal dan berusaha menikmati perbincangan.

Aku sempat mendengar, bahwa orang yang lagi diwawancarai itu adalah Gede Pasek. Hah!? Heranku. “Gede Pasek baru saja datang dari maros, ia kesana untuk membawakan materi dalam pelatihan kader tingkat dua  HmI Cabang Maros “Ujar orang di sampingku. Diselang kesibukannya sebagai sekertaris jendral Perhimpunan Pergerakan Indonesia Gede Pasek juga aktif untuk mengisi forum-forum diskusi di berbagia kampus di tanah air, ia salah satu tokoh pergerakan yang masih konsisten berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan Mahasiswa, sebagai orang yang pernah bergelut dalam  pergerakan Mahasiwa yang kini bisa dibilang sukses meniti karier dipanggung politik.

Aku sering melihat ia tampil dalam berita-berita di media, namun tak pernah kudapati ia diberitakan saat mengisi ruang diskusi di kampus, aku sempat membaca salah satu berita on-line bahwa kedatangan Gede Pasek di Makassar dihubung-hubungkan dengan kongres salah satu partai politik, entahlah aku juga tidak tau pasti akan hal itu. Yang pastinya aku bukan wartawan yang ingin membuat berita tentang dia. Aku hanya sekedar membuat coretan tentang pertemuan singkatku dengangnya, dan sebagai pelampaisan bagiku karena aku hanya banyak diam mendengarkan cerita beserta gagasan-gagasannya saat aku mengantar dan menemaninya di bandara hingga pukul 4 subuh, maklum aku minder untuk berbicara jadi ku lampiaskan itu dalam tulisan ini.

Meskipun singkat aku bisa mengambil banyak pembelajaran darinya, sepintas ku lihat kepribadiaannya sangat ramah dan humanis. Masih hangat dalam ingatanku ketika ia menceritakan salah seorang temannya, aku tidak tau pasti namanya. Tapi temannya itu pernah ke Cina untuk mebuat ukiran rumah ala bali, awalnya ia berpikiran akan dikontrak untuk membuat satu kompleks perumahan tapi setelah ia membuat baruga dan satu rumah ukiran bali di Cina ia tidak lagi dipanggil mengerjakan rumah berikutnya karna rumah dibuatnya hanya dijadikan percontohan dan selanjutnya orang Cina itu yang membuat rumah yang lainnya. “aku sampai tertawa mendegar cerita itu karna dijadikan sebagai lolucon. Yah begitulah orang Cina meskipun tidak orisinil tapi mereka bisa membuat karya yang mirip dengan aslinya. Kita bisa melihat begitu banyak barang elektronik duplikat buatan Cina yang beredar di pasaran.

Gede Pasek juga sempat menyinggung tentang kebudayaan bangsa ini, “panggung yang begitu sedikit orang yang berkarir dan memperjuangkannya, “ujar Gede. Ungkapan prihatinnya menyaksikan kondisi kekayaan kebudayaan kita yang terpinggirkan oleh cekokan budaya impor. Walaupun agak minder aku sempat menjelaskan makna petuah bijak bugis yang tertulis di baju yang ia pakai. “Rebba Sipatokkong, Mali’ Siparappe, Sirui’ Menre, Tessirui No, Malilu Sipakainge, Mainge’pi Mupaja” sambil berbisik dalam hati "aku merasa senang bisa bertemu dengannya. Yah semoga kedepan aku mempunyai kesempatan lagi menjadi pendengar setia cerita dan gagasan beliau.


Foto Bersama Gede Pasek

Foto Bersama Gede Pasek

“Arung Nepo, Pemimpin Impian”

Haeruddin dan Arung Nepo

Dulu aku pernah menjadi budaknya masyarakat di sini, sewaktu aku masih menjabat sebagai anggota dewan kabupaten Barru. Setiap tanggal penerimaan gaji, warga Nepo dari berbagai profesi selalu berkumpul di depan kantor menugguku! guna meminta gaji yang aku terima, jadi terkadang aku tidak membawa pulang uang satu lembar pun pulang ke rumah, “tutur Arung Nepo. 

Hah!?  Aku sampai tidak percaya mendengarkannya. Sungguh mulianya Arung Nepo sebagai pemimpin adat yang dulunya sempat menjabat sebagai anggota DPRD, ia rela memberikan gajinya selama ia menjadi anggota DPRD. Entah masih adakah di negri ini pemimpin seperti beliau!?

Fung Datu sapaan masyarakat kepada Arung Nepo, beliau orangnya sangat sederhana sehingga amat dicintai oleh warga Nepo. Rumah panggung tempat ia tingggal pun begitu sederhana, rumah yang sudah berumur puluhan tahun dihiasi perabot rumah yang tidak mewah seperti lemari, kursi tamu, hiasan dinding dan lainnya. Rumah itu diwariskan dari generasi ke genarasi, masyarakat Nepo menyebutnya Soraja (tempat pemukiman raja) “bisik temanku Eka.

Tidak susah untuk menemukan Soraja Nepo, karna letaknya tapat berada di samping sudut lapangan kecamatan Mallusetasi kabupaten Barru dan yang luar biasa adalah hingga sekarang rumah itu belum pernah direnopasi sehingga nilai sejarah dan kebudayaannya masih terjaga.

*****

Ini kali pertama aku bertemu dengan pemimpin seperti itu, tak henti degub jantungku karena kekaguman kepada kepribadiannya yang begitu sederhana, sangat berbeda dengan kehidupan para pemimpin politik Negara ini yang aku lihat di media sosial, mereka hidup penuh kemewahan menggunakan fasilitas Negara seperti rumah, mobil yang serba mewah, beserta tunjangan hidup yang lainnya.

Aku pernah berpikir bahwa pemimpin seperti beliau hanya ada dalam mimpiku dan kini aku menyaksikan sendiri di depan mataku, betapa bahagiannya diriku ini bisa bertemu dengan pemimpin impianku. Hhm, Seperti apa pemimpin yang kalian impikan?

Ada cerita menarik yang sempat ia sampaikan. “Di desa Nepo sekitar 7 km dari soraja  terdapat situs budaya Bujung Mattimboe, Bujung Pulawengnge, Bujung Mekkatowangnge. Masing-masing situs tersebut mempunyai cerita tutur yang dikeramatkan, seperti Bujung Pulawengnge, dulu jika ada seorang remaja laki-laki/perempuan yang belum menikah-menikah karna belum dapat jodoh maka  ia akan pergi mandi di sana agak kelak bisa menemukan jodohnya, “ujar Fung Datu dengan senyum sederhananya yang khas. “Refleks, aku tertawa kecil mendengarkan Fung Datu menyampaikan cerita itu.

Kusempatkan diri untuk datang lansung ke salah satu situs tersebut yaitu Bujung Mattimboe bersama kawanku Eka dan Rafiq, kami diantar oleh cucu Fung Datu kesana. Bujung Mattimboe merupakan genangan air terjun dengan dinding batu yang amat besar sehinnga terlihat seperti gua. Walaupun ukurannya kecil tapi gua itu bisa memuat sekitar sepuluh orang.

Tak mau rugi, aku beserta eka dan cucu Fung Datu mandi di Bujung Mattimboe, sementara kawanku rafiq sibuk mendokumentasikan kami dan situs budaya tersebut. Pengennya sih mau ke Bujung Pulawengnge tapi akses jalan sangat susah dan letaknya juga sangat jauh karna aku ingin sekali menguji kebenaran dari keramat cerita tutur Bujung Pulawengnge. Hhhe.

Nepo memeliki begitu banyak kekayaan situs sejarah dan budaya tapi aku tidak sempat untuk mengunjungi semuanya, mungkin kedepan aku harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mengetahui lebih jauh misteri-misteri yang tersembunyi di Nepo. Dan dari pengalaman di Nepo aku sangat bermimpi, agar kelak  bisa melihat pemimpin seperti beliau “Arung Nepo” bisa mengisi kursi-kursi pemerintahan RI.

Haeruddin Syams Masagenae

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger