Foto Saya

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Sanggar Ambo Sidenreng Kabupaten Sidrap : Warisan yang Menghidupi Tiga Generasi

Foto Anggota Sempugi Bersama Ibu Nurafni (pemilik sanggar Ambo Sidenreng)

SEKITAR tahun 1990 di kabupaten Sidrap seorang musikolog telah mendirikan kelompok musik sanggar Ambo Sidenreng. Berawal dari kecintaan memainkan alat musik tradisional hingga muncul inisiatif untuk membuat sanggar tersebut. Ia adalah M.Risal ayah dari Nurafni sebagai pewaris sekaligus pengelolah sanggar.

Nama sanggar berasal dari sapaan akrab M.Risal yaitu Ambo Sidenreng. Saat Ibu Nurafni bercerita panjang lebar tentang sejarah sanggarnya terbisik kekaguman dalam hati saya mendengar jerih payah rintisan ayanhnya itu “bahwa sanggarnya sudah menghidupi tiga generasi keluarganya dan menjadi warisan keluarga hingga sampai kepada anaknya. 

Wawancara dengan Ibu Nurafni

Mereka sekeluarga lihai memainkan alat musik dan sebagian lainnya juga bisa menari sehingga tidak sulit untuk mencari personil sanggar “Lanjut-nya. Yah keahlian itu merupakan warisan genetika turun-temurun mengingat bahwa nenek moyang mereka adalah seorang pemusik, “hebat bukan! seperti kata pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Namun gerusan modernisasi industri musik tanah air yang diselipkan ditengah-tengah masyarakat kita melalui media elektronik telah menguras keringat Bu Nurafni untuk tetap mempertahankan eksistensi grup musik-nya. Adapun upaya yang ia lakukan seperti menambahkan alat musik kontemporer misalnya gitar, bass, biola dan lain-lain.

Ia adalah sosok Ibu yang tanggap akan perkembangan zaman sehingga mengharuskannya memutar otak tujuh keliling agar sanggar warisannya tetap adaptif  tidak tertelan oleh popularitas musik/band meanstream yang di-blow up oleh stasiun tv swasta nasional untuk meraih keuntungan sebesar mungkin.

Sebagaimana yang sering kita saksikan begitu banyaknya panggung kontes penyanyi/band di tv yang hampir sama sekali tidak pernah menyediakan satu genre pun bagi mereka yang bergelut di bidang musik tradisional, sedangkan kita telah mengetahui bersama bahwa itu merupakan peniggalan terbesar budaya Nusantara kita. ‘Apakah kita hanya berdiam diri melihat warisan itu punah?

Bukan cuman di Kabupaten Sidrap Sul-Sel, beberapa sanggar di pulau Ibu kota pun mengalami nasib yang sama seperti warta republika on line pada tahun 1986 tercatat ada 579 sanggar Betawi. Namun, mulai 2000-an sampai sekarang, sanggar Betawi bisa dihitung jari, menurun drastisnya jumlah sanggar kesenian Betawi karena minimnya kesempatan tampil di sejumlah stasiun televisi, hotel, dan tempat umum lainnya. (baca disini : sanggar betawi terancam punah)

Terus kemana perginya para Professor ke-budayawan kita, menteri kebudayaan dan pariwisata, beserta politisi yang gemar menjual budaya Nusantara untuk meraih simpati masyarakat kita? Semoga mereka tidak menutup mata akan hal ini. Sungguh malang jika warisan itu terputus digenerasi kita hingga tidak bisa lagi dinikmati oleh anak-cucu kita kelak.

Melalui coretan ini saya hendak membantu untuk mengkampanyekan sanggar Ambo Sidenreng, tapi saya garis bawahi ini bukan kampanye politik. Hhhe.

Sekiranya ada yang berminat menggunakan jasa sanggar Ambo Sidenreng silahkan menghubungi Ibu Nurafni, contak person 085 399 766 884, sekedar informasi biaya penyewaan sanggar berkisar Rp. 1.400.000 untuk daerah kecamatan Rappang Sidrap dan sekitarnya, sedangkan di luar wilayah tersebut biayanya tergantung dari jauh-dekatnya lokasi acara.

Makassar 12 Desember 2015

Analisis Kemesraan Iran dengan Rusia : Antara Ideologi dan Kepentingan

sumber google
Begitu banyaknya klaim akan pemberitaan perang yang terjadi di timur tengah hingga membuat saya bingung untuk  memilah berita mana yang benar dan hoax. Saya melihat begitu besar peran media untuk menentukan keberpihakan masyarakat internasional terkait kisruh berkepanjangan yang melanda negara padang pasir itu. Terkhusus di Nusantara kita bisa merasakan percikannya lewat dinamika yang tersaji dibeberapa media massa dan tak heran jika itu menjadi buah bibir ditengah-tengah masyarakat kita.

Konflik  horizontal yang terjadi di timur tengah khususnya di Suriah dan Irak yang melibatkan beberapa kualisi oposisi pemerintah yang  mengatasnamakan dirinya sebagai mujahidin ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau kadang disebut ISIL (Islamic State of Iraq and Levant). Mereka bertujuan untuk mendirikan negara Islam sebagai bentuk kekecewaan terhadap kepemimpinan Bashar Al-Assad. 

Tuduhan diktator yang dinisbahkan kepada presiden Suriah merupakan alasan pemberontakan tersebut, hingga berita hoax tentang kekejaman pemerintah Suriah pun merajalela di media sosial. Benarkah Bashar Al-Assad seorang diktator ? Seperti warta media on line yang sangat gencar memberikan gambaran tentang Suriah baik itu dari pihak yang pro maupun kontra, kalian bisa membaca di link berikut ini liputanislam.com untuk mengambil kesimpulan sendiri .

Sebagai koalisi Republik Islam Iran (RII) pun turut mengambil peran dengan mendukung pemerintahan Bashar Al-Assad yang kemudian menggait Rusia juga untuk terlibat. Keikutsertaan negeri para mullah (Iran) dan Beruang Merah (Rusia) tersebut kemudian menjadi alasan sebagian orang untuk berkoar-koar memojokkan Iran. 

Walaupun sebenarnya bukan cuman di konflik Suriah dibeberapa aspek lain Iran dan Rusia juga terlihat sangat mesra misalnya kerja sama dibidang ekonomi, politik, dan militer. Sebut saja pembelian senjata rudal S-300 Rusia oleh pasukan garda revolusi Iran. bisa di baca disini sindonews.com.

Mari kita analisis kemesraan Republik Islam Iran dengan Rusia dengan menggunakan pendekatan “Logika : Kata Perbedaan Persamaan”. Yang dimaksud kata perbedaan persamaan adalah dua kata atau lebih yang memiliki ‘makna’ berbeda yang tidak mungkin bersatu secara bersamaan dalam  satu eksistensi tetapi bisa berdampingan dari sisi persamaan. Misalnya kata ‘unta’ dan ‘kuda’ kedua kata tersebut berbeda makna dan mustahil berada dalam satu eksistensi akan tetapi terdapat kesamaan antara kata ‘unta’ dan ‘kuda’ yaitu sama-sama hewan, berkaki empat dan lain sebagainya.

*****

Jika kita membaca sejarah Iran pasca meletusnya revolusi di negara tersebut yang berhasil mengusir Presiden Mohammad Reza Shah Pahlavi selaku presiden Iran dan kemudian Ayatullah Khomeini selaku pemimpin revolusi melakukan referendum dan hasilnya menetapkan ‘Islam’  sebagai idiologi negara tersebut. 

Di sisi lain Rusia yang merupakan reruntuhan Negara Uni Soviet yang beridiologikan ‘komunisme’ walaupun sekarang banyak pendapat yang mengatakan bahwa idiologi Rusia telah beralih dari komunisme menjadi kapitalisme kendati demikian dominasi partai komunis tetap merajalela di struktur pemerintahan Rusia.

ANALISIS : Dalam pembahasan Logika, kata ‘Islam’ dan ‘Komunisme’ merupakan kata perbedaan persamaan yaitu dua kata yang berbeda begitupula dengan maknanya dan mustahil berada dalam satu eksistensi tapi bisa berdampingan dari sisi kesamaan begitu pula dengan kata ‘Kapitalisme. 

Jadi pada hakikatnya Iran yang beridiologikan ‘Islam’ dan Rusia dengan Komunisme-nya tidak mungkin bersatu dalam satu eksistensi karna memperjuangkan hal yang berbeda akan tetapi mereka memiliki sisi kesamaan yaitu sama-sama bermusuhan dengan Amerika Serikat (AS).

Jadi permusuhan terhadap AS-lah yang menjadikan hubungan bilateral negeri para mulla dan beruang merah itu terlihat begitu mesrah. Mengingat bahwa  kemenangan revolusi rakyat Iran tahun 1979 secara otomatis mengubah peta politik dunia karna Republik Islam Iran muncul sebagai penentang keras dominasi negeri paman Sam dalam percaturan internasional. Hal ini tidak jauh beda dengan Rusia sebagai negara yang lahir dari rahim Uni Soviet yang mewarisi permusuhan antara Uni Soviet dan AS. 

Saya teringat akan pesan Ali Bin Abi Thalib Karamllahu Wajjaha tentang pertemanan yaitu Teman-temanmu ada tiga dan musuh-musuhmu juga ada tiga. Adapaun teman-temanmu ialah temanmu sendiri, teman dari temanmu dan musuh dari musuhmu. Sedangkan musuh-musuhmu ialah musuhmu sendiri, musuh temanmu dan teman musuhmu. 

Ketika AS menjadikan Iran dan Rusia sebagia musuh "apakah salah ketika mereka (Iran/Rusia) berteman? Seperti tuduhan presiden Barack Obama bahwa Iran adalah teroris lihat di tempo.co dan sindonews.com yang menjadi indikator permusuhan AS dengan Iran dan rivalitas antara Rusia dan AS terutama di bidang persenjataan militer dan pengayaan nuklir mejadikan Rusia sebagai saingan terbesar AS yang dianggap sebagai musuh. (sumber sindonews.com)

Kesimpulan sederhana saya tentang kemesraan RII dengan Rusia tidak lebih dari adanya kesamaan kepentingan yaitu sebagai pihak oposisi atas kuasa negara adidaya AS disemua belahan benua bumi ini. Pun sekiranya konflik timur tengah akan memicu terjadinya perang dunia III antara AS berserta koalisi NATO-nya melawan RII dan Rusia dengan sekutu-skutunya, dengan kekalahan dipihak NATO, pertanyaannya kemudian apakah RII dan Rusia masih mempertahankan kemesraan bilateral mereka?

Makassar, 11 Desember 2015

Belajar Sejarah Kecapi Bugis Bersama Sanggar Seni Maminasa

Haeruddin dan Pa Maruf Salim
Petikan jari Pak Maruf Salim menjadikan irama sinar kecapi itu bersenandung, ia sedang mendemonstrasikan sebuah lagu bugis menggunakan kecapinya, Sepintas ia terlihat sangat lihai memetik kecapi, bagaimana tidak Pa Maruf mulai memainkan kecapi Bugis sejak tahun 1968 hingga sekarang. Wow ! sungguh mengagumkan. Meskipun tubuhnya sudah menua akan tetapi kemampuannya ber-kecapi masih tetap hebat dan menurut saya ia tidak kalah jagonya dengan pemain kecapi muda yang ada di kabupaten Sidrap karna tidak bisa dipungkiri juga banyak pemain kecapi generasi kekinian lahir dari sanggar yang ia bina.

Pa Maruf merupakan salah satu maestro kecapi di kabupaten Sidrap, berawal dari hobi hingga ia sering dipanggil untuk mengiringi penari diacara pernikahan. Sekitar tahun 1970-an ia membentuk sebuah sanggar yang diberi nama “Sanggar Seni Maminasa. Personilnya 10 orang, terdiri dari 5 penari dan 5 pemain musik. Selain itu bapak Maruf Salim juga memproduksi alat musik kecapi dan gendang, harga kecapai biasanya dijual Rp. 300.000 dan gendang Rp. 2.000.000, dan harganya juga tergantung  dari kualitas kayu yang digunakan beserta motifnya.

Dulu waktu ia masih muda ia sering mengiringi penjemputan tamu pesta pernikan dengan kecapinya karna padatnya jadwal yang ia miliki sehingga pada suatu saat ia berpikir untuk membentuk sanggar seni yang sekarang dikelolah oleh cucunya. Bahkan mereka sering tampil di luar pulau Sulawesi seperti di Jawa dan Papua, kata cucunya mereka pernah manggung di sana. Mungkin media kita di Indonesia sangat jarang mengekspos sanggar seni lokal terutama yang ada di Sulawesi-Selatan sehingga mereka kala terkenal oleh band-band pop masa kini.

*****

Kecapai awalnya dipopulerkan oleh para pengembala di jazirah Sulawesi saat sang pengembala duduk bersantai menjaga ternaknya di padang rumput ia selalu memainkan kecapinya dan hampir semua pengembala pada saat itu pintar berkecapai, “tutur Pa Maruf sambil memetik kecapinya. Dan kecapai pertama kali ditemukan oleh nelayan di tanah mandar. Ketika mereka berlayar di tengah laut dan saat tali pengikat layar perahunya berbunyi terkena hembusan angin dari situlah muncul inspirasi para nelayan untuk membuat alat musik kecapi itulah sebabnya kenapa kecapi itu berbentuk perahu.

Di era modern ini kecapi sudah dikembangkan seperti di kabupaten Sidrap sangat banyak pemain kecapai tunggal yang cukup terkenal dan mereka biasanya melantunkan kisah-kisah sejarah, cerita lucu dan petuah-petuah bugis dengan irama kecapinya, kesannya seperti berkecapi sambil bercerita bukan bernyanyi yah. Dan kecapai juga kini sering dikolaborasikan dengan alat musik lainnya seperti gendang, seruling, rabana dan lain-lain guna untuk mengiringi para penari.

Selain itu banyak juga orang yang belajar memainkan kecapi untuk mendapatkan uang karna sudah dijadikan sebagai profesi untuk mengisi acara pesta, rata-rata diantara mereka adalah pengangguran yang putus sekolah, “kata Pa Maruf. Akan tetapi sekarang fenomena di Sidrap posisi sanggar seni mulai tergeser dengan kehadiran musik elekton. Yaa mungkin saja beberapa tahun kedepan musik tradisional tidak akan lagi kita dapatkan diacara resepsi di kampung-kampung karna sekarang masyarakat kecenderungannya lebih sering menyewa grup musik elekton dibandingkan dengan musik tradisional ala sanggar seni “keluh Pa Maruf.


Sungguh ironis jika musik/lagu tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat kita, padahal saat masih muda dulu Pa Maruf sempat menyaksikan kejayaan musik ala sanggar seni. Hampir semua acara di desa-desa menggunakan jasa mereka bahkan sempat diadakan festival kecapi massal di mana ratusan orang berkumpul disuatu tempat dan memainkan kecapi secara bersamaan “luar biasa bukan! Tapi Kini hanya tinggal cerita kebanggaan saja karna semuanya mulai tergantikan. Entah apa yang merasuki pemikiran masyarakat kita? Ataukah ini merupakan efek dari modernisasi dan hegemoni barat yang membuat kita merasa jauh dari kebudayaan kita sendiri. Entahlah.

Melalui tulisan ini saya ingin mangajak teman-teman sekalian yang mengaku dirinya sebagai pemerhati budaya terutama dibidang seni, agar kita bisa mencarikan solusi alterntif untuk mencegah kepunahan alat musik tradisional dan membuatkan panggung bagi musisi-musisi lokal kita yang bergelut dibidang itu. Jika ada yang berminat menggunakan jasa sanggar seni Maminasa silahkan hubungi contak person yang ada dalam foto di bawah ini atau silahkan berkunjung lansung kesana.

Papan Nama Sanggar Seni Maminasa

Makassar 14 September 2015

Lasinrang Park vs Taman Lasinrang, Surga Para Remaja Pinrang

Taman Lasinrang

Lasinrang Park


Beragam jenis bunga di taman Lasinrang seolah menjadi permata yang memikat hati dan saat malam menghampiri untuk menyelimuti, kedap-kedip lampu hias menyulapnya seperti taman surga yang keluar dari kotak ajaib. Taman itu bak magnet, menarik para remaja untuk menghabiskan waktu saat sore hari bahkan hingga tengah malam.

Letak yang strategis tepat di samping jalan poros provensi menambah kekuatan daya tariknya, sampai-sampai menghentikan putaran ban kedaraan sejenak, hanya untuk mendokumentasikan dirinya di taman Lasinrang. Yaa, Bukan cuman warga setempat, orang yang lewat pun acap kali terlena akan keindahan taman Lasinrang.

Tak mau kalah pelataran Lasinrang Park yang sudah dibingkai dengan tanaman hias bak madu segar yang siap saji. Dulunya sih Lasinrang Park hanya lapangan bola yang beralaskan rumput, sekarang sudah bermetamorfosa menjadi taman kota (alun-alun kota) tempat berkumpul kupu-kupu, apa lagi pada saat malam minggu.

Aku melihat kedua tempat itu menjadi idola di Pinrang saat ini. Kerap kali aku lewat hampir tidak pernah sepi dan kebanyakan dari mereka adalah kalangan remaja. Pernah sekali aku mampir di taman Lasinrang, hanya untuk memastikan justifikasi temanku yang katanya sering kali dijadikan tempat pacaran dan aku mengiyakan pernyataan itu setelah dari sana, begitu juga dengan fenomena Lasinrang Park. Aku tidak bermaksud mengkritik mereka karna menurutku itu wajar-wajar saja selama tidak merusak dan mengotori taman.

Mungkin mereka harus berterima kasih kepada pemerintah setempat karna sudah menyediakan fasilitas gratis. Walaupun  peruntukkannya bukan untuk itu sih, namun kehadiran taman Lasinrang dan Lasinrang Park menjadi surga bagi para remaja Pinrang. Senyum tawa  mereka tampak ceria melawatkan waktu berjam-jam bersama sang kekasih, akan tetapi tidak semua juga seperti itu, beberapa diantaranya hanya sekedar bersantai melepas lelah dan penat mengisi waktu senggang.

Dulu sebelum direkonstruksi banyak pedagang yang mencari uang di Lasinrang Park sekarang pada digusur dan diberlakukan larangan menjual di halaman taman, dengan alasan untuk menjaga keindahan. Dibalik keindahan Lasinrang Park ternyata tersembunyi kesedihan para pedagang yang kehilangan tempat jualannya, “apakah para remaja tau akan hal itu?

Entah Kenapa daerah perkoataan lebih banyak di bangun tempat hiburan. Pinrang hanya contoh kecil, kita bisa melihat kota besar seperti Makassar yang padat akan tempat hiburan. Aku teringat perkataan seorang teman, "salah satu indikator banyaknya orang stres disebuah wilayah bisa dilihat dari sebarapa banyak wahana hiburan ia miliki, tuturnya. Jika itu benar berarti orang stres lebih banyak di kota  dibanding desa. Entahlah!

Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui bahwa Lasinrang Park telah menyedot APBD sebesar 200 juta, dan biaya perawatannya sebesar 12 juta per tahun (baca disini http://goo.gl/zp4RwH dan http://goo.gl/7SfPcW ) Sepintas kalau kita melihat, memang Lasinrang Park lebih ramai dikunjungi dibandingkan Taman Lasinrang dikarnakan fasilitas tamannya lebih banyak dan lebih besar tapi dari segi keindahan keduanya memiliki karismatik tersendiri yang bisa memanjakan mata kita hingga menghabiskan waktu berlama-lama disana.

Aku sampai bertanya-tanya apa alasan Pemerintah mengalokasikan dana sebesar itu untuk kedua taman tersebut. Tapi disatu sisi para remaja Pinrang sepertinya memanfaatkan betul kehadiran taman itu hingga aku hampir tidak pernah melihatnya sepi pengunjung saat sore hari. Jika kalian datang di Kabupaten Pinrang maka merugilah jika tidak menyempatkan diri ke Lasinrang Park dan Taman Lasinrang.


Taman Lainrang

Taman Lasinrang

Bunga Taman lasinrang

Fasilitas Lasinrang Park

World Heritage Day With Lontaraq Project : Mereka Adalah Pejuang Kebudayaan

Ada yang menarik hari ini di pelataran Benteng Rotterdam tepatnya di bagian belakang Museum Galigo, terlihat lapak barang-barang antik komunitas "Der Bougies Vintage" dan pemusik sinrili (Musik tradisional Bugis/Makassar) memeriahkan kegiatan World Heritage Day 2015 (hari warisan sedunia) atau biasa di singkat WHD yang dilaksanakan oleh Lontaraq Project (LP).

Kegiatan ini juga untuk memperingati hari pusaka dunia, yang sebenarnya jatuh pada tanggal 18 April ditetapkan oleh ICOMOS (Internasional Council on Monuments and Sites)  tapi teman-teman LP melaksanakannya 19 April berhubung baru dapat izin tempat hari ini 'tutur Lina, ketua panitia WHD 2015.

Panitia WHD 2015

Acara ini juga diramaikan oleh penampilan Sanggar Seni Talas yang sempat berkolaborasi dengan salah satu komunitas pengunjung yaitu Taman Baca Akademos dan beberapa lembaga lain seperti Sempugi dan Komunitas Sepeda Ontel, Selain komunitas kegiatan ini juga diramaikan dengan jajanan tradisional, pejual es putar, bakso, baroncong dan lainnya. Ini kali kedua LP Makassar membuat event WHD, tapi tahun kemarin mereka melaksanakan kegitan ini di beberapa kota seperti Yogyakarta, Jakarta, Samarinda, dan Bandung. Di Makassar sendiri WHD 2014 dilaksanakan di Museum kota Makassar.

Yang membuat unik WHD tahun ini ialah karena para panitia dan pengunjung diwajibkan untuk memakai sarung, bagi pengunjung yang tidak membawa sarung mereka bisa minta kepada panitia. Saya sempat tertawa sih melihat dua orang bule yang diajar sama panitia untuk memakai sarung, mereka tampak senang memakai sarung itu walaupun wajah mereka tampak kebingungan. hhhe.

Dan penampilan saudara Arif dengan sinrili-nya. Baru kali ini saya melihat sinrili ala modern, ia bisa memadukan bahasa makassar, melayu, dan inggris ketika mengisahkan sejarah benteng rotterdam sambil memainkan alat musik sinrili, jadi penonton yang tidak paham akan bahasa makassar juga bisa memahami apa yg disampaikan. Sesaat sebagian penonton sempat tertawa terbahak-bahak saat kisahnya disampaikan dengan khas makassar, kami yang tidak paham hanya ikut ketawa dengan wajah kebingungan.

Tahun ini saya merasa sangat senang karna bisa menjadi bagian dari WHD 2015 sebagai salah satu panitia. Amat susah kutemui orang-orang yang mau jadi volunteer untuk melestarikan budaya lokal, tapi saya menemukan segelintir pemuda yang memiliki spirit untuk menampilkan warisan budaya leluhur di tengah-tengah cekokan budaya asing yang menggeser kebudayaan kita sendiri. Yaa aku menyebut mereka sebagai pejuang kubudayaan.

Walaupun amat berat untuk merealisasikan kegiatan ini berhubung kami terkendala pada dana, tapi teman-teman mengambil inisiatif agar para panitia menyisihkan sebagian uang jajan mereka Rp.25.000 per orang, hmm berhubung kami semua adalah mahasiswa yang masih menggantungkan biaya hidup pada orang tua. Tapi bagi kawan-kawan LP itu tidak jadi masalah selama WHD 2015 terlaksana sebagai bentuk kecintaan kepada kebudayaan kami.

Baliho yang kami gunakan pun sangat sederhana, dengan mengumpulkan karton bekas, kemudian ujungnya diikat untuk menghubungkan satu karton dangan karton yang lain, setelah itu ditempeli kertas bergambar dan tulisan yang sudah kami print, ini kami lakukan karena kami tidak mampu membeli spanduk. Yang membuat saya salut dengan teman-teman karna mereka pantang mengemis dana kepada pihak korporasi, pemerintah dll yang selalu mengkomersilkan budaya dengan memberikan bantuan dana kepada pembuat pentas budaya.

Baliho karton
Di sisi lain kami juga hanya bisa memakai pelataran belakang benteng rotterdam karna kami tidak sanggup untuk membayar biaya sewa halaman depan. Dan itu membuat kami kerja ekstra super karna kami harus mengelilingi benteng untuk mengarahkan pengunjung ke tempat WHD. Sampai-sampai para pengujung WHD yang datang harus menelpon kami (panitia) untuk mengetahui lokasinya. Seperti teman saya yang kebingungan saat tiba di benteng “Bro di bagian mana kegiatanmu adama ini di benteng, “tanya teman saya di telpon.

Yaa, walaupun sangat sederhana, kami sangat bersyukur bisa menyukseskan kegiatan ini, dan kami juga tidak menyangka pengunjung yang datang sangat banyak hingga kami sangat kewalahan, diakhir tulisan ini saya ingin mengucapkan  terima kasih kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dalam World Heritage Day 2015 “salam hormat saya kepada panitia WHD dan pengurus LP terutama kepada kanda Maharani Budi yang akrab disapa Ran, keringat kalian begitu mulia untuk menjaga kebudayaan nenek moyang kita, dan semoga kita bisa berjuang bersama-sama lagi pada WHD tahun depan.

Denah dan Jadwal Acara
Lapak Der Bougies Vintage
Musikalisasi Sanggar Seni Talas
Komunitas sepeda ontel
Makassar, 19 April 2015

Banjir Batu Akik di Mall Pinrang

Kemarin aku bertemu dengan seorang senior di Pinrang,  katanya ia ingin pergi ke mall Pinrang untuk melihat temannya yang tereliminasi dalam perlombaan batu akik, alasannya karna batu yang ia ikutkan lomba tidak memenuhi salah satu syarat, yaitu membawa bongkahan batu yang dilombakan. Ribet juga yah, karna jika batu yang kita punya meskipun berkelas dan sudah di olah akan tetapi jika tidak punya bongkahannya akan sia-sia dalam event lomba batu Akik di Pinrang seperti yang dialami oleh teman seniorku, yang katanya batu yang ia punya memiliki nilai jual yang tinggi. Sayang sekali aku tidak sempat menanyakan jenis batunya.

Malam tadi aku menyempatkan diri ke mall Pinrang. Ternyata di sana bukan cuman lomba tapi acara itu juga dirangkaikan dengan pameran batu. Terlihat halaman depan dan samping mall dipenuhi dengan etalase yang berjejeran dan didalamnya terdapat banyak batu akik, sampai-sampai beberapa peserta malah membawa mesin pengolah batunya. Mereka mungkin tak sadar kalau suara mesin itu sangat menggangu pengunjung seperti saya. Hhhe.

Semenjak mall Pinrang diresmikan ini kali pertama aku kesini, itupun hanya untuk melihat pameran batu. Aku sangat tertarik melihat batu yang membanjiri pekarangan mall, suasananya sangat berbeda jika dibandingkan dengan mall yang ada di Makassar yang isinya dipenuhi dengan barang impor yang menjajah produk-produk lokal. 

Entah kenapa kecenderunag masyarakat kita lebih menyukai barang luar negri! mungkin saja itu efek dari hegemoni iklan yang menjajal seluruh media sosial yang hampir setiap hari kita dipaksa untuk melihatnya walaupun pada dasarnya kita tidak membutuhkan itu tapi karna sering dilihat jadi itu terinternilisasi dalam kedirian kita menjadi sebuah kebutuan. Entahlah,  bisa juga karna ada sebab yang lain.

Aku merasa ada kebanggaan tersendiri saat berada dikerumunan pengungjung, hampir semua dari mereka terlihat senang dengan adanya kegiatan ini. Wajah riang disertai senyum tipis terpukau melihat keindahan deretan batu dibalik kaca etalase. Yah karna batu yang dipajang hampir semua berasal dari bumi Lasinrang (peristilahan nama lain kabupaten Pinrang) mungkin itu yang membuat wajah mereka memancarkan kekaguman yang tak ternilai. 

Spanduk yang dipasang di depan tiap stand memperjelas asal batunya. Seperti foto di bawah ini. Batu yang berasal dari Kecamatan Batu Lappa Pinrang. 

Stand batu Lappa
Batu Akik

Aku baru sadar ternyata Pinrang kaya akan batu Akik, ruang kosong pakarangan Mall Pinrang yang kemarin-kemarin hanya menjadi tempat parkir sekarang di penuhi oleh lapak batu Akik. Kini bukan lagi banjir air yang terjadi di Pinrang karna musim hujan sudah lewat, gilirang batu Akik yang membajirinya, tidak tangggung-tanggung tempat yang dibanjiri pun merupakan salah satu tempat mewah di kabupaten tersebut yaitu Mall Pinrang. 


Pinrang, 22/Februari/2015

Kebetulankah !? Bertemu Gede Pasek


Sore hari (11/02/2015) di Country Coffe Resto (CCR) Toddopuli Makassar terlihat banyak wartawan mengerumuni seseorang, tampaknya mereka lagi mewancari orang itu. Sementara aku di luar Café menyaksikannya sedang menunggu salah seorang seniorku namanya “Ka Idam. Aku tak tau pasti apa yang mereka perbincangkan, karna lantunan suara hujan yang menyelimuti pendengaranku. Meskipun aku penasaran tapi aku tidak punya keberanian untuk masuk. Tak lama kemudian HP-ku berdering itu panggilan yang aku tunggu-tunggu. Ternyata Ka Idam juga berada di dalam café bersama dengan kerumunan wartawan, ia menyuruhku masuk, “Panggil Ka Idam lewat telpon.

Dengan langkah yang tertatih-tatih ku beranikan diri untuk bergabung. Dalam hatiku berbisik “aku ingin sekali kabur dari tempat ini, saat melihat penampilan rapi ala pejabat orang di sekitaranku, sementara hanya aku dengan kaos oblong dan beralaskan sandal jepit. Tapi aku sudah janji untuk ketemu dengan Ka Idam di sini itulah yang mendorongku untuk tetap tinggal dan berusaha menikmati perbincangan.

Aku sempat mendengar, bahwa orang yang lagi diwawancarai itu adalah Gede Pasek. Hah!? Heranku. “Gede Pasek baru saja datang dari maros, ia kesana untuk membawakan materi dalam pelatihan kader tingkat dua  HmI Cabang Maros “Ujar orang di sampingku. Diselang kesibukannya sebagai sekertaris jendral Perhimpunan Pergerakan Indonesia Gede Pasek juga aktif untuk mengisi forum-forum diskusi di berbagia kampus di tanah air, ia salah satu tokoh pergerakan yang masih konsisten berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan Mahasiswa, sebagai orang yang pernah bergelut dalam  pergerakan Mahasiwa yang kini bisa dibilang sukses meniti karier dipanggung politik.

Aku sering melihat ia tampil dalam berita-berita di media, namun tak pernah kudapati ia diberitakan saat mengisi ruang diskusi di kampus, aku sempat membaca salah satu berita on-line bahwa kedatangan Gede Pasek di Makassar dihubung-hubungkan dengan kongres salah satu partai politik, entahlah aku juga tidak tau pasti akan hal itu. Yang pastinya aku bukan wartawan yang ingin membuat berita tentang dia. Aku hanya sekedar membuat coretan tentang pertemuan singkatku dengangnya, dan sebagai pelampaisan bagiku karena aku hanya banyak diam mendengarkan cerita beserta gagasan-gagasannya saat aku mengantar dan menemaninya di bandara hingga pukul 4 subuh, maklum aku minder untuk berbicara jadi ku lampiaskan itu dalam tulisan ini.

Meskipun singkat aku bisa mengambil banyak pembelajaran darinya, sepintas ku lihat kepribadiaannya sangat ramah dan humanis. Masih hangat dalam ingatanku ketika ia menceritakan salah seorang temannya, aku tidak tau pasti namanya. Tapi temannya itu pernah ke Cina untuk mebuat ukiran rumah ala bali, awalnya ia berpikiran akan dikontrak untuk membuat satu kompleks perumahan tapi setelah ia membuat baruga dan satu rumah ukiran bali di Cina ia tidak lagi dipanggil mengerjakan rumah berikutnya karna rumah dibuatnya hanya dijadikan percontohan dan selanjutnya orang Cina itu yang membuat rumah yang lainnya. “aku sampai tertawa mendegar cerita itu karna dijadikan sebagai lolucon. Yah begitulah orang Cina meskipun tidak orisinil tapi mereka bisa membuat karya yang mirip dengan aslinya. Kita bisa melihat begitu banyak barang elektronik duplikat buatan Cina yang beredar di pasaran.

Gede Pasek juga sempat menyinggung tentang kebudayaan bangsa ini, “panggung yang begitu sedikit orang yang berkarir dan memperjuangkannya, “ujar Gede. Ungkapan prihatinnya menyaksikan kondisi kekayaan kebudayaan kita yang terpinggirkan oleh cekokan budaya impor. Walaupun agak minder aku sempat menjelaskan makna petuah bijak bugis yang tertulis di baju yang ia pakai. “Rebba Sipatokkong, Mali’ Siparappe, Sirui’ Menre, Tessirui No, Malilu Sipakainge, Mainge’pi Mupaja” sambil berbisik dalam hati "aku merasa senang bisa bertemu dengannya. Yah semoga kedepan aku mempunyai kesempatan lagi menjadi pendengar setia cerita dan gagasan beliau.


Foto Bersama Gede Pasek

Foto Bersama Gede Pasek

“Arung Nepo, Pemimpin Impian”

Haeruddin dan Arung Nepo

Dulu aku pernah menjadi budaknya masyarakat di sini, sewaktu aku masih menjabat sebagai anggota dewan kabupaten Barru. Setiap tanggal penerimaan gaji, warga Nepo dari berbagai profesi selalu berkumpul di depan kantor menugguku! guna meminta gaji yang aku terima, jadi terkadang aku tidak membawa pulang uang satu lembar pun pulang ke rumah, “tutur Arung Nepo. 

Hah!?  Aku sampai tidak percaya mendengarkannya. Sungguh mulianya Arung Nepo sebagai pemimpin adat yang dulunya sempat menjabat sebagai anggota DPRD, ia rela memberikan gajinya selama ia menjadi anggota DPRD. Entah masih adakah di negri ini pemimpin seperti beliau!?

Fung Datu sapaan masyarakat kepada Arung Nepo, beliau orangnya sangat sederhana sehingga amat dicintai oleh warga Nepo. Rumah panggung tempat ia tingggal pun begitu sederhana, rumah yang sudah berumur puluhan tahun dihiasi perabot rumah yang tidak mewah seperti lemari, kursi tamu, hiasan dinding dan lainnya. Rumah itu diwariskan dari generasi ke genarasi, masyarakat Nepo menyebutnya Soraja (tempat pemukiman raja) “bisik temanku Eka.

Tidak susah untuk menemukan Soraja Nepo, karna letaknya tapat berada di samping sudut lapangan kecamatan Mallusetasi kabupaten Barru dan yang luar biasa adalah hingga sekarang rumah itu belum pernah direnopasi sehingga nilai sejarah dan kebudayaannya masih terjaga.

*****

Ini kali pertama aku bertemu dengan pemimpin seperti itu, tak henti degub jantungku karena kekaguman kepada kepribadiannya yang begitu sederhana, sangat berbeda dengan kehidupan para pemimpin politik Negara ini yang aku lihat di media sosial, mereka hidup penuh kemewahan menggunakan fasilitas Negara seperti rumah, mobil yang serba mewah, beserta tunjangan hidup yang lainnya.

Aku pernah berpikir bahwa pemimpin seperti beliau hanya ada dalam mimpiku dan kini aku menyaksikan sendiri di depan mataku, betapa bahagiannya diriku ini bisa bertemu dengan pemimpin impianku. Hhm, Seperti apa pemimpin yang kalian impikan?

Ada cerita menarik yang sempat ia sampaikan. “Di desa Nepo sekitar 7 km dari soraja  terdapat situs budaya Bujung Mattimboe, Bujung Pulawengnge, Bujung Mekkatowangnge. Masing-masing situs tersebut mempunyai cerita tutur yang dikeramatkan, seperti Bujung Pulawengnge, dulu jika ada seorang remaja laki-laki/perempuan yang belum menikah-menikah karna belum dapat jodoh maka  ia akan pergi mandi di sana agak kelak bisa menemukan jodohnya, “ujar Fung Datu dengan senyum sederhananya yang khas. “Refleks, aku tertawa kecil mendengarkan Fung Datu menyampaikan cerita itu.

Kusempatkan diri untuk datang lansung ke salah satu situs tersebut yaitu Bujung Mattimboe bersama kawanku Eka dan Rafiq, kami diantar oleh cucu Fung Datu kesana. Bujung Mattimboe merupakan genangan air terjun dengan dinding batu yang amat besar sehinnga terlihat seperti gua. Walaupun ukurannya kecil tapi gua itu bisa memuat sekitar sepuluh orang.

Tak mau rugi, aku beserta eka dan cucu Fung Datu mandi di Bujung Mattimboe, sementara kawanku rafiq sibuk mendokumentasikan kami dan situs budaya tersebut. Pengennya sih mau ke Bujung Pulawengnge tapi akses jalan sangat susah dan letaknya juga sangat jauh karna aku ingin sekali menguji kebenaran dari keramat cerita tutur Bujung Pulawengnge. Hhhe.

Nepo memeliki begitu banyak kekayaan situs sejarah dan budaya tapi aku tidak sempat untuk mengunjungi semuanya, mungkin kedepan aku harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mengetahui lebih jauh misteri-misteri yang tersembunyi di Nepo. Dan dari pengalaman di Nepo aku sangat bermimpi, agar kelak  bisa melihat pemimpin seperti beliau “Arung Nepo” bisa mengisi kursi-kursi pemerintahan RI.

Haeruddin Syams Masagenae

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger