Foto Saya

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Fatimah Az-Zahra : Sosok Inspirasi Istri yang Baik

“Sebaik-baiknya istri adalah Fatimah Az-Zahra 
dan Sebaik-baiknya suami adalah Ali Bin Abu Thalib”

Kalimat di atas masih hangat dalam ingatanku, kalimat yang pernah aku dengar dari salah seorang penceramah dalam majelis khotbah jum’at. Berawal dari ceramah itu aku lalu menelusuri sosok buah hati Rasulullah Saw. 

Aku mendatangi beberapa toko buku guna mencari referensi yang menuliskan tentang biografi beliau dan meminjam koleksi buku Fatimah Az-Zahra dari teman. Sebagai orang yang memimpikan istri ideal mungkin semua laki-laki akan melakukan hal sama denganku.

*****
Wajah cerah itu terlihat sangat bahagia menyambut kelahiran sosok buah hatinya, wajah manusia mulia “Muhammad bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid terlihat sangat bahagia dengan kelahiran Fatimah Az-Zahra. Sang bayi lahir dengan memancarkan cahaya dan tidak satu pun tempat di bumi, di sebelah timur maupun barat yang besinar seperti cahaya itu. 

Bayi lahir dalam keluarga mulia, bayi yang dididik dalam madrasah islam, bayi yang setiap harinya mendengarkan lantunan wahyu dari kedua orang tuanya, “begitulah gambaran kelahiran Fatimah Az-Zahra yang digambarkan seorang yang menulis tentang pribadi Fatimah Az-Zahra yang aku baca dari buku yang aku beli.

Tahukah kalian apa yang menjadikan Az-Zahra sebagai istri teladan bagi kaum muslimat ? Ali Bin Abu Thalib Ra sering memuji ahklak beliau, sebagai seorang istri ia sangat tekun mengurusi rumah tangganya.

Pernah satu ketika Ali Ra berkata kepada Rasulullah saw, bahwa Fatimah selalu mengambil air sehingga menimbulkan bekas luka didadanya, suka menggiling gandung sehingga bengkak tangannya, suka membersihkan rumah sampai berdebuh pakaiannya, dan suka menyalakan api di bawah periuk sampai kotor pakaianya.

Bukan cuman urusan rumah tangga Fatimah juga selalu menjadi orang yang senantiasa memberikan semangat kepada suaminya, memuji keberanian dan pengorbanannya untuk menegakkan agama Allah. 

Ia menghilangkan sakitnya, membuang keletihannya, sehingga Ali Ra mengatakan “ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku” Az-Zahra juga adalah istri paling taat kepada suaminya, tak pernah sekalipun ia keluar rumah tanpa izin suaminya, tidak pernah ia membuat suaminya marah walau satu hari pun. Ia sadar betul bahwa Allah tidak akan menerima perbuatan seorang istri yang membuat marah suaminya sampai si suami rida terhadapanya.

Sebaliknya, Az-Zahra juga tidak pernah marah terhadap suaminya, ia tidak pernah berdusta di rumahnya, tidak pernah berkhianat terhadap-nya, tidak pernah melawannya dalam urusan apa pun. Kata Ali Ra, “aku tidak pernah marah ke-padanya dan tidak pernah menyusahkan-nya sampai ia wafat, ia juga tidak pernah membuatku marah dan tidak pernah menentangku dalam urusan apa pun. 

Selain itu ia juga adalah istri yang paling taat beribadah sampai-sampai kedua lututnya bengkak karna saking seringnya ia bersujud.

Salah seorang putranya Hasan bin Ali pernah bercerita “aku melihat ibuku bangun di-mihrabnya pada malam jumat, dan ia terus rukuk dan sujud sampai terbit subuh. Aku mendengar ia mendoakan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. 

Ia banyak mendoakan mereka, dan tidak berdoa sesuatu pun untuk dirinya sendiri. Maka aku bertanya kepadanya, ‘Ibu, mengapa engkau mendoakan orang lain? ‘Ia pun menjawab, ‘anakku, tetangga dulu baru kemudian rumah sendiri.”

Selain urusan rumah tangga, dan ibadah Az-Zahra juga merupakan istri yang cerdas, dalam riwayatnya Aisyah pernah berkata, “Belum pernah aku melihat seorang pun yang lebih benar bicaranya dibanding Fatimah, kecuali ayahnya. 

Dan ia juga istri yang sangat demawan, pernah suatu ketika Rasulullah bertemu dengan seorang tua, ia berkata ‘Wahai Nabi Allah, aku sedang lapar berilah aku makan. Rasulullah berkata pergilah tempat Fatimah! Dengan arahan rasulullah Bilal pun bersegerah mengantarkannya ke rumah Fatimah. 

Sesampai di sana orang tua itu kemudian menyampaikan keperluannya “wahai Putri Muhammad, Aku seorang arab yang tua, aku tidak mempunyai pakaian dan dalam keadaan lapar, maka tolonglah aku, semoga Allah menyayangimu.

Saat itu, Fatimah besertanya keluarganya sudah tiga hari tidak makan karna tidak memiliki makanan, oleh karena itu Fatimah lansung mengambil kalung yang ada dilehernya lalu memberikannya kepada orang tua itu sambil berkata “Ambillah ini, dan juallah. kemudian kalung itu ditukarkan dengan roti, daging dan burdah (kain) kepada salah seorang sahabat Rasulullah yaitu Ammar bin Yasir.

Saking banyaknya kebaikan yang telah ia lakukan hingga lembaran kertas pun tak-kan cukup untuk menuliskannya. Mungkin kebanyakan orang muslim tidak meng-idola-kan sosoknya karna catatan sejarah tidak begitu banyak mengukirnya dalam sebuah buku, diantara toko buku yang aku datangi hanya sedikit diantaranya yang menjual buku tentang beliau, yah paling tidak aku mempunyai koleksi buku "Fatimah Az-Zahra".

Ehm, Setelah aku membaca beberapa buku tentang Fatimah Az-Zahra, aku berkesimpulan bahwa sebaik-baik-nya istri adalah mereka yang paling taat beribadah dihadapan Allah, istri yang mencintai dan menyayangi suami hanya karna Allah, istri menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah semata seperti yang tercerminkan pada pribadi agung Bunda Fatimah Az-Zahra.


Pengabdian Seorang Musikolog Tradisional

kiri Pa Haris, kanan HSM
SAYA heran dengan siswa masa kini mereka nampaknya tidak senang belajar seni, apalagi kalau pelajarannya tentang seni budaya lokal mereka akan acuh untuk mengikutinya. Sebuah sekolah dasar di kecamatan duampanua kabupaten Pinrang rata-rata muridnya buta akan kesenian tradisional. Mungkin salah satu penyebabnya adalah pengaruh musik modern ditambah lagi kurikulum sekolah yang sudah tidak intens menyajikan pelajaran seni “tutur Pa Haris kepada saya. Pa Haris adalah seorang kepala sekolah SD 46 lampa kecamatan duampanua, dulunya ia seorang guru seni dan sempat menjadi guru saya waktu masih duduk di sekolah dasar. Selain berprofesi sebagai guru ia juga seorang musikolog dan memiliki grup musik tradisional.

SIMPONI adalah nama grup musiknya, walaupun hanya sekedar hobi Pa Haris beserta pesonil simponi sering mengisi acara hiburan yang ada dikampung saya. Memainkan seruling merupakan keahliannya, saat ia meniup seruling penontong akan terkesima mendengar lantunan irama yang ia mainkan. Saat ia masih menjadi guru saya, tidak hanya memainkan alat musik tradisional yang ia ajarkan, ia juga melatih kami seni gambar, seni rupa, seni suara dan seni tari bagi teman-teman saya yang perempuan bahkan kami juga sempat diajarkan bagaimana cara membuat alat musik tradisional, yang luar biasanya lagi Pa Haris juga bisa memainkan semua alat musik tradisonal meskipun tidak se-fasih ketika ia memainkan seruling.

Dulu Pa Haris juga sempat menjadi pelatih seni musik siswa-siswa yang akan mengikuti perlombaan di luar daerah. Siswa perwakilan kabupaten pinrang yang diutus sebagai peserta festival musik tradisional yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota tiap tahunnya. Sudah banyak anak didik Pa Haris yang meraih juara hingga juara satu akan tetapi ia tidak pernah mendapatkan apresiasi dari apa yang dilakukannya. Meskipun demikian ia tetap setia mengajar siswa-siswa jika ada pertandingan antar kabupaten.

Beberapa minggu yang lalu saya beserta kawan Rafiq menyempatkan diri datang kerumah Pa Haris guna belajar memainkan kecapi yang baru saja kami beli. “Selamat sore, sapa saya. Tampaknya Pa Haris lagi sibuk membersihkan halaman rumah. Iyya, Sore Nak” jawabnya. Mungkin karna ia melihat kami membawa kecapi spontan ia menyuruh kami masuk ke rumah dan ia rela meninggalkan pekerjaannya untuk menyambut kami. Seperti biasa ia selalu peka jika ada orang yang ingin belajar bermusik, baik itu di ruang kelas maupun di rumah tempat ia beristirahat. Yaah itulah yang membuat saya tidak pernah melupakan sosok-nya.

Setelah ia mengetahui tujuan kami, ia lansung menjelaskan dasar-dasar bermain kecapi dan bercerita tentang perbandingan pemain kecapi dulu dan sekarang, katanya pemain kecapi dulu susah untuk mengajar generasi muda karna mereka memainkan kecapi tanpa memakai note (irama kecapi) Pakkacapi Getti Lampa julukan kepada pemain kecapi dulu, mereka memainkan kecapi sambil melantunkan cerita dan petuah bijak bugis. Saya sempat merekam demo ia sedang berkecapi sebagai bahan bagi saya belajar di rumah.

Walaupun kini Pa Haris sudah menjadi kepala sekolah, ia tetap selalu memainkan serulingnya, kecintaannya terhadap seni tradisional tidak pernah hilang dan ia senantiasa membimbing orang-orang yang ingin belajar. Tak banyak dari generasi sekarang yang punya hobi seperti Pa Haris. Kesedihan tampak dari raut wajanya, mengingat hampir-hampir tidak ada generasi muda yang bisa memainkan alat musik tradisional. Beberapa siswanya pun di sekolah susah untuk belajar karna kurangnya pendidik di bidang seni. Namun spiritnya untuk melestarikan kesenian tradisional tidak pernah pudar. Disisa usianya ia sangat berharap bisa melihat seseorang yang mau meneruskan apa yang telah ia perjuangkan selama ini..

Baca juga di sempugi.org

Memancing ; Meditasi Untuk Melatih Kesabaran

Haeruddin

Tiap kali saya mendengarkan ceramah-ceramah baik itu di mesjid mau pun di tv, hampir semua penceramah selalu menyampaikan masalah kesabaran. Bahwa sabar merupakan salah satu indikator kemanusian seseorang. Jika kita pernah menelaah sejarah islam maka kita akan menemukan betapa para Nabi memiliki kesabaran yang sangat luar biasa, mereka adalah orang-orang yang mulia berkat kesabaran yang mereka miliki dan itulah yang menjadikan mereka istimewa disisi sang Pencipta. 

Setiap lantunan doa, saya tak pernah bosan untuk meminta agar diberikan kesabaran sebagai orang yang meneladani Nabi maka seharusnya kita harus mencontoh mereka, mungkin hampir semua orang juga begitu! namun pernahkah kalian berpikir bahwa memancing merupakan meditasi untuk melatih kesabaran ?

Haeruddin dan Kak Nawa
Kemarin merupakan pengalaman pertama saya memancing, saya diajak oleh teman untuk memancing dirumahnya. Awalnya sih cuman ingin melihat-lihat saja maklum saya tidak punya pengalaman apa lagi saya juga tidak punya pancing. Akan tetapi setelah saya menikmati makan siang dari hasil pancingan teman, saya berubah pikiran dan mencoba juga untuk memancing. 

Saya melihat teman yang begitu menikmati ikan yang ia tangkap, katanya ada kenikmatan tersendiri ketika kita memakan ikan hasil pancingan sendiri. Ehmm saya hanya tertawa kecil sambil ikut melahap ikan. Yahh kenikmatan yang saya rasakan mungkin karna lapar, berbeda dengan yang dirasakan oleh teman saya.

*****

Pemancing pemula biasannya akan menjadi bulan-bulan-an, kenapa demikian ? Yah namanya pemula pastilah pertanyaannya kita banyak sekali dan itu bisa mengganggu kosentrasi pemancing disekitaran kita dan dengan penuh candaan kita akan ditertawi oleh teman-teman kita, begitulah kondisi saya saat itu dan dari situlah bermula kesabaran kita diuji. 

Dengan pengetahuan pas-pas’an saya begitu pede melempar umpan ke air. Tak membutuhakan waktu yang lama saya lansung "strike" spontan saya berteriak sambil melompat-lompat gembira menyambut tangkapan pertama saya. Hore-hore-hore,,, saya "strike”

Tampaknya ikan memakan umpan saya adalah ikan patin jenis ikan berkumis yang termasuk dalam genus Pangasius, familia Pangasiidae. Nama "patin" sendiri disematkan dari salah satu anggotanya, P.Nasutus. disini ikan Patin menjadi incaran semua pemancing yang datang pokoknya mereka tidak akan puas kalau belum bisa mendapatkan ikan itu. 

Bagaimana saya tidak bangga dengan tangkapan pertama saya. Namun saat saya lagi berkosentrasi untuk menarik ikan patin saya, tiba-tiba senar pancingnya putus, wajah yang tadinya begitu gembira pun berubah menjadi kesedihan sambil mengelus-elus dada dan berkata, “Sabbaki ati” (sabar yah hati).

Bayangkan jika tangkapan pertama kalian lepas ditengah-tengah orang yang lagi memancing! Saya membayangkan masuk surga sejenak kemudian dilemparkan ke neraka, saking sakitnya sampai hari ini masih terasa. Tapi setelah itu saya tidak menyerah saya tetap mencoba untuk mendapat tangkapan berikutnya. 

Tahukah kalian! duduk diam berjam-jam sambari menunggu ikan memakan umpang kita adalah pekerjaan yang sangat membosankan, yahh bagi saya itu sangat,sangat, sangat membosangkan. Apalagi jika kita tidak mendapatkan hasil satu ikan-pun hingga kita selesai memancing, itulah yang saya alami.

Namun dibalik itu saya memperoleh banyak pembelajaran, bahwa proses se-harian belajar mancing bersama teman-teman (Ka Nawa dan Camrun) adalah meditasi untuk melatih kesabaran saya. Mungkin Tuhan mengabulkan doa saya melalui proses ini. Mungkin apa yang saya alami sifatnya kasuistik jadi tidak semua orang akan mengalami itu, tergantung dari kepribadian masing-masing orang, ujian tuhan untuk melatih kesabaran seseorang pasti berbeda tergantung dari kualiatas jiwanya tidak mungkin orang yang kapasitasnya seperti Nabi diuji dengan meditasi mancing, akan teapi saya menyarankan bagi kalian yang ingin menguji kesabarannya silakah pergi mancing.

Makassar 28/November/2014

Penjaga Adat Ditengah Modernisasi Kota Makassar, A’RAPPO TIDUNG MARIOLO

Gapura Jalan Tidung Mariolo
KEMARIN saya baru saja mengikuti salah satu ritual adat, untuk kesekian kalinya saya mengenal seseorang menggunakan jaringan budaya. Dia adalah Ari, salah satu warga asli Tidung Mariolo, dari penuturannya penduduk yang tinggal di wilayah itu moyoritas pribumi, sehingga pendatang yang bermukim di sana mudah untuk dikenali. Gara-gara Modernisasi domain Kerajan Tidung kini susah untuk identifikasi sekarang hanya menjadi nama sebuah jalan. Tepatnya di depan lorong masuk terdapat papan nama jalan Tidung Mariolo. meskipun demikian beberapa warga setempat masih tetap menjunjung tinggi adat mereka.

Kampoeng pejuang adalah julukan kampung Tidung Mariolo. Terlihat jelas di Gapura jalan masuk tertulis “Salamaki Battumae Rikampong Bersejarah Tidung Mariolo Markas Pejuang 45” saya tidak menyangka Kota Makassar yang dipadati dengan bangunan mewah dan sangat identik dengan acara eksotis terdapat komunitas yang menjaga adat mereka dengan melakukan acara adat satu kali dalam setahun, tepatnya di bulan Muharram. Saking dijaganya acara adat ini tidak dipublikasikan keluar dan pesan pemimpinnya bahwa dokumentasi yang didapatkan hanya bisa menjadi koleksi pribadi jangan di up load di media sosial, itulah kenapa foto yang saya pasang ditulisan ini hanya foto Gapura. Dan tulisan yang saya buat terlebih dahulu meminta izin dan saya hanya mendapat informasi tentang acara ini dari Ari bukan dari pemimpinya lansung mungkin karna saya orang baru. hhhe

A’rappo acara adat tahunan yang dilakukan masyarakat Tidung Mariolo, sebagai rasa syukur atas berkah yang mereka dapatkan dan menjadi doa agar kedepan bisa lebih banyak lagi. Dalam bahasa makassar A’rappo artinya “berbuah”, ibaratnya harapan masyarakat bisa berbuah layaknya pohon sehingga buahnya bisa dinikmati oleh semua orang. Walaupun tidak banyak orang yang berpartisipasi akan tetapi mereka yang hadir sangat antusias mengikuti semua item acara. Mayoritas dari mereka pun adalah orang yang sudah berkeluarga karna anak muda disana sangat jarang mau mengikutinya “tutur Ari kepada saya.

Selain untuk mengucapkan rasa syukur dan doa dalam acara ini juga terdapat pesan-pesan simbolik. Seperti bendera yang memiliki ukiran naga berwana kuning keemasan yang perlihatkan pada saat acara berlansung merupakan moment sakral dan utama. Masyarakat mempercayai bahwa lubang yang terdapat di bendara itu merupakan indikator bencana-bencana alam yang akan terjadi kedepan. Semakin banyak lubang maka semakin banyak bencana yang akan menimpah, untungnya lubang di bendera tidak bertambah kata Ari kepada saya. Saya merasa sangat sedih karna belum sempat mendapatkan penjelasan kenapa lubang itu bisa bertambah. Karna setelah selesai acara adat bendera itu dibungkus kain sebanyak empat lapis dan disimpan baik-baik, nanti muharram tahun depan baru dibuka lagi. Mungkin saja bendera itu dilubangi secara mistik, Entalah.....!!!

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger