Foto Saya

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

FREEDOM : Gaya Penulis Amatir

1/Februari/2014

-HS'Masagenae
 HARI ini, aku berhasil merobohkan tembok yang mengurung inisiatif, kreativitas, dan pemikiran kritisku dikala aku sedang membuat sebuah coretan, tembok yang selama ini menjadikanku sebagai penulis plagiat dan aku pun terkadang menulis hanya untuk memenuhi hasrat para pembaca agar disebut sebagai seorang yang hebat dengan mendapat pujian, hingga aku harus mengikuti gaya menulis orang lain padahal hal itu sangat berbeda dengan kedirianku.

Dengan robohnya tembok itu, aku memulai lagi membuat coretan dengan gayaku sendiri, menorehkan perjalanan dan pengalaman hidup di blogg kesayanganku agar kelak aku bisa menertawainya ketika aku membaca ulang coretan itu. Aku juga akan menorehkan coretan pahit dan manisnya cerita hidupku beserta dengan orang-orang yang selalu mensupportku, mengulurkan tangan di saat aku terjatuh, menopang bahuku setiap kali aku ingin melangkahkan kaki untuk belajar dan terus belajar menulis.

Baru kali ini aku sepakat dengan pemikiran kaum muthazillah, mereka adalah kaum yang berpendapat bahwa manusia itu memiliki kehendak bebas untuk memilih. Ketika Tuhan telah menciptakan manusia maka tidak ada lagi garis hirarki antara manusia dengan Tuhan. Kuasa Tuhan hanya sampai kepada pencipaan dan setelah itu manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan takdirnya sendiri. Segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah kehendak bebas mereka. Kaum Muthazillah telah memberikan corak dalam dinamika peradaban islam di abad ke dua Hijria mereka muncul sebagai kelompok yang melakukan perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan oleh pemerintah pada saat itu yang didominasi oleh kaum Asyaria.

Aku baru saja tersadar, betapa bodohnya aku selama ini yang terlalu determinis dengan membiarakan karakter menulisku di bentuk oleh kebutuhan para pembaca yaitu mereka para pengguna sosial media yang senantiasa mencari informasi di situs-situs berita On-Line karna ingin mengupdate perkembangan  dinamika politik Indonesia, peristiwa-peristiwa penting yang terjadi diberbagai tempat, aktivitas selebriti idola mereka, dan tindakan-tindakan kriminal yang merajalela di berbagai daerah.

Kesadaran itu kemudian membuat aku bertanya-tanya, Baut apa aku menulis tentang semua itu? terutama tentang aktivitas selebriti yang selalu populer di dunia maya dan menjadi berita headline di media On-Line dengan membeberkan privasi mereka kepada publik melalui para wartawan mulai dari nikah-cerai, putus-nyambung, sampai pakaian dan makanan kesukaan mereka. Toh aku juga tidak bakalan di gaji kalau menulis tentang mereka karna aku bukan seorang wartawan media On-Line.

Dan aku juga tidak ingin larut dalam meanstrem, yang mengkategorisasikan tulisan keren dengan mencontoh gaya menulis para akademisi dan penulis-penulis terkemuka. karna aku menulis bukan untuk mencari uang seperti mereka, lagian aku juga tidak memiliki embel-embel dibelakang yang namaku yang menuntut untuk membuat tulisan, karna gelar akademisi yang mereka miliki sebagai seorang penulis yang membuat mereka harus selalu menulis untuk memenuhi permintaan pasar yaitu hasrat para pembaca berita.

FREEDOM adalah bekal dan modal utamaku sebagai penulis amatir, dengan kebebasan itu aku akan  menulis untuk memperjuangkan hak-hak saudaraku yang dirampas oleh rezim penindas, mengkritik segala bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah, berbagi pengetahuan kepada orang lain dan mengabadikan potret perjalanan hidupku dengan membuat coretan di dinding Bloggku. Kalau pun ada orang yang mencemooh coretanku, pastinya aku akan selalu berbesar hati menerimanya, toh yang kotor itu dinding Bloggku sendiri jadi buat apa aku risih dengan cemooh itu.

Aku adalah penulis amatir yang bebas !!!

Oleh karna itu aku akan senantiasa membuat coretan dengan gayaku sendiri, menorehkan gagasan-gagasanku agar kelak itu bisa bermanfaat, sembari mengasa kemampuan sebagai penulis amatir.

-HS'Masagenae

HADIAH

HARI ini aku mendapatkan hadiah sebuah majalah dari seorang teman, ia adalah sosok yang menginspirasiku untuk terus menulis. sejak aku mengenalnya aku sudah membuat puluhan coretan tentang ia. beberapa moment pertemuanku dengannya aku selalu menyampatkan diri untuk menurehakan kisah itu dalam sebuah coretan kumuh.

Akan kukotori dinding Blog kesayanganku untuk menuliskan momen perjalanku bersama dengan dia, karna aku menganggap ia adalah bagian dari hidupku yang akan menemani manis/pahit perjalan hidupku.

Satu hal yang sangat lucu di dia ketika lagi marah-marah sambil tertunduk tersipu malu. alasan itu kemudian kenapa aku sering membuatnya marah-marah. :D

KOMPEN KAMPUS HITAM MASIH MENJADI MISTERI

ILUSTRASI Sumber : http://www.azri.my
 22/Januari/2014

Seperti biasanya setiap akhir semester mahasiswa kampus hitam selalu disibukkan dengan kartu bengkalai dan kartu kompen, mereka sibuk mencari dosen untuk menandatangani kartu bengkalainya, yang merupakan syarat untuk mengabil kwitansi pembayaran dan kartu kompen yang harus mereka bayar dengan uang atau membersihkan ruangan lab dan bengkel.

TUJUH tahun yang lalu saat pertama kali aku memegang kartu bengkalai dan kartu kompen kulihat nama-nama dosen yang tertulis bagaikan deretan nama artis idolaku yang harus aku dapatkan tandangan mereka sebagai fans sejati.

Seorang idola tren dengan gaya cueknya minta ampun harus aku lebarkan senyum agar ia memberikan tanda tangan. Senyum itu juga harus kutampakkan kepada dosen yang ingin kumintai tanda tangan dengan mimik muka cuek melibihi artis idolaku. Aku heran  kenapa tiap akhir semester beberapa dosen ternama selalu menjadi artis momemtuman yang dikejar-kejar oleh mahasiswa sebagai fansnya.

Hari ini aku duduk di kantin melihat mahasiswa kampus hitam mondar-mandir mencari artis idola mereka hanya untuk mendapatkan tanda tangannya.

Tiap akhir semester beberapa mahasiswa kampus hitam juga harus menyisihkan uang jajan mereka untuk membayar kompenisasi karna selama perkuliahan mereka absen di dalam kelas, bagi yang uang jajannya pas-pasan terpaksa harus membersihkan ruangan belajar sebagai kompenisasi.

Kompen adalah aturan untuk mahasiswa yang absen dalam perkuliahan, biasanya tiap-tiap jurusan memberlakukan kompeniasi yang berbeda. Tapi umumnya mahasiswa harus membayar 1.000/jam dan ada beberapa jurusan yang memberlakukan aturan tambahan 1.000/jam di kali 2 jadi 2.000/jam.

Terkadang juga beberapa kelas diarahkan oleh wali kelasnya mengumpulkan uang kompen mereka untuk membeli fasilitas kampus seperti pot bunga, kursi dan meja belajar. Sungguh ironis kampus yang berstatus negri yang mendapatkan anggaran pendidikan, memakai uang mahasiswa untuk membeli fasilitas kampus.

Sewaktu masih menjadi pengurus salah satu lembaga internal  kampus hitam aku pernah mencari aturan tentang kompen di buku-buku statuta kampus tapi aku tidak pernah mendapatkan aturan itu. Beberapa dosen pun yang sempat kutanya memberikan jawaban ambigu hingga kompen menjadi misteri bagiku sampai aku menyelesaikan pendidikan di kampus hitam.

Dikantin saat aku diskusi dengan beberapa mahasiswa yang baru saja membayar kompennya, aku bertanya kepada mereka apakah pernah membaca statuta kampus tentang aturan kompen?  mereka semua menjawab tidak.

Sampai saat ini kompen masih menjadi misteri bagiku, dan mungkin sampai generasi terakhir kampus hitam hal itu akan tetap mejadi mesteri.

-HS’Masagenae

MENGARANG BEBAS KUNCI KEMENANGANKU


Pertarunganku memang tidak seheboh Cris john sebegai petinju professional, ia bisa meraih juara dunia sampai 18 kali. Itu adalah pencapaian terbaik sepanjang sejarah tinju Indonesia. 1998 ia memulai kariernya sebagai petinju profesioanal dan berhasil mengkanvaskan semua lawan-lawannya, walaupun di pertandingan terakhir melawan Simpiwe Vetyeka ia harus mengakui kehebatan petinju dari Afrika Selatan itu saat menjelang dimulainya ronde ketujuh.

DUA hari yang lalu, Aku bertarung melawan soal-soal ujian final bersama mahasiswa yang sebelumnya aku tidak pernah duduk berdampingan belajar bersama mereka di dalam kelas. Mereka adalah wajah-wajah baru bagiku, sebagai mahasiswa non regular kami masuk kuliah ogah-ogahan karna mendapat perlakuan diskriminasi di bandingkan dengan mahasiswa regular itulah kenapa kami tidak pernah bertatap muka selama satu semister

Sesaat setelah kertas ujian di bagikan, kami pun berlomba untuk menyelesaikannya. Inilah merupakan budaya pendidikan yang selama ini kudapatkan dalam bangku perkulihan kami bagaikan pembalab GP yang begitu ambisius meraih kemenagan dengan menjadi yang tercepat menjawab pertanyaan di lembar jawaban.

Kuteringat sosok Soe hok gie dalam film Gie sebagai mahasiswa aktifis ia dapat melawan penjara pendidikan formal dengan mengkritik hirarki pendidikan dimana seorang dosen/guru selalu saja merasa paling benar tanpa pernah mengapresiasi gagasan-gagasan para mahasiswanya. Hirarki yang merenggut kemerdekaan berpendapat dan melibas siapapun diantara mereka yang mencoba melawan. Sungguh ironis pada akhir Gie harus termarginalkan dengan sosoknya yang amat kritis.

Aku memang tidak mempunyai kehebatan seperti Kris John dan kecerdasan seperti Gie tapi paling tidak aku bisa menjadi pemenang dalam pertarungan menjawab soal-saol final yang berlansung di panggung akademik. Kunci kemenangan kudapatkan dari kebiasaan membaca dan menulis, walaupun sempat soal-soal itu membuat otakku pusing tujuh keliling tapi berhasil kulibas dengan jurus mengarang bebas.

Selama ini jurus itu kuasa tiap hari dengan membaca dan menulis hingga kuterbiasa melakukannya. Aku menganggap bahwa pendidikan formal tidak akan pernah memberiku kebebasan untuk berkreasi sama halnya yang dirasakan oleh Gie.

Ketika mahasiswa yang lain sibuk membuka buku dan mencari jawaban di internet menggunakan HP mereka, aku dengan santai menjawab pertanyaan itu dengan ala mengarang bebas.

Semester yang lalu aku pun melakukan hal yang sama, walhasil nilai yang kudapatkan tidak jauh beda dengan mahasiswa regular. Aku tidak tau apa standarisasi para dosen memberikan nilai? intinya aku tidak ingin terjebak dalam budaya meanstrem di mana para civitas akademisi berlomba mengejar prestasi akademik sampai-sampai mengacuhkan teman-teman mereka dengan tidak berbagi pengetahuan karna mereka takut nilai akademiknya tersaingi.

Sumber foto : http://dixxieland.com
-HS’Masagenae


CERITAKU TENTANG PASENG TO UGI


noekami.com

Part I

Aja' muattaneng-taneng narekko de natuo,
Aja' muadduta narekko de muritangke,
Aja' muakkiring narekko de nalettu,
Aja'to muabbere narekko de naritarima

Jangan menanam kalau tidak bisa tumbuh
Jangan melamar kalau tidak diterimah
Jangan mengirim kalau tidak sampai
Jangan memberi kalau tidak diterima

****

Kalimat di atas adalah paseng (pesan) orang bugis yang kubaca di grup budaya facebook yaitu SEMPUGI oleh saudaara Budhy Blackred.

Aku terkadang heran mendengar cerita-cerita tentang To Ugi (Orang Bugis) di rantauan sana yang dikenal sebagai preman sosial! Aku lebih heran lagi ketika seseorang berceloteh tentang To Ugi, seolah ia sumber air yang memiliki selaut informasi  tentang To Ugi.

Sementara ketika ditanya, apakah anda orang Bugis? Apakah anda penah ketanah bugis? Atau minimal anda memiliki keluarga orang bugis? Suara datar yang ia keluarkan terdengar “TIDAK”
Melalui coretan ini aku ingin berbagi secuil pengetahuan yang kudapatkan dari diskusi teman-teman di grup SEMPUGI.

Paseng merupakan salah satu instrumen edukatif  To Ugi.  petua-petua moral yang diajarkan kepada anaknya agar kelak mereka bisa memiliki ahklak yang baik dan mulia. Budaya paseng ini diwariskan leluhur-leluhur mereka dari generasi ke generasi melalui kata-kata simbolik yang membutuhkan penalaran untuk menafsirkannya.
 
Aku mengkatagorikan paseng sebagai salah satu genre sastra bugis, ini terlepas dari kensensus para budayawan yang mungkin berbeda denganku, karna menurutku penyampaian paseng sangat piloshofhis, makna denotasinya tersembunyi dalam cangkang kata-kata dan kalimat, dan dibingkai dengan hiasan moralis oleh para leluhur To Ugi, dengan alasan itu kemudian aku menyebut Paseng sebagai sastra bugis.
 
Dulu Aku sering mendengar orang-orang di kampungku menuturkan paseng dengan cara yang amat mendidik !

Di antara beberapa paseng yang kudengar, aku kemudian menyebut budaya paseng sebagai modal sosial Masyarakat bugis, seperti yang dikatakan Loury dalam Coleman (2009 : 415) modal sosial adalah : “kumpulan sumber-sumber yang melekat dalam relasi sosial suatu komunitas yang bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan sosial anak-anak atau pemuda.

Jadi paseng merupakan kumpulan pesan-pesan moral yang diinternalisasikan pada tiap –tiap individu untuk membentuk kedirian mereka masing-masing.

Dari pengalamanku selama ini melihat bahwa edukasi paseng tidak diajarakan seperti di sekolah formal dengan mendiktekannya kepada murid akan tetapi para orang tua dikalangan masyarakat bugis mangajarkan paseng pada moment-moment tertentu.

Pembelajaran paseng sifatnya kondisonal, jadi paseng diajarkan ketika ada moment yang relevan dengan makna paseng. Proses didikasi paseng ini berjalan secara alami layaknya air yang mengalir ke wadah yang kosong intinya adalah tidak ada formalisasi dalam mengajarkan paseng

Misalnya paseng yang kutulis di atas, itu disampaikan kepada orang-orang yang ingin melakukan suatu pekerjaan, sementara disatu sisi kapasitas mereka tidak realistis untuk melakukannya jadi paseng ini berupa teguran halus yang kesannya tidak menekan mental orang-orang yang ditegur.
 
Aku kemudian berpikir, kalau seseorang memahami dengan baik budaya paseng To Ugi, ia tidak akan mungkin menjustifikasinya sebagai preman sosial, adapun penilaian tentang premanisme To Ugi hanyalah kasuistik yang menagalami generalisasi.

GADIS PINK MENGGUGAT !!!

ILUSTRASI


Saya terinspirasi membuat coretan kumuh ini setelah membaca tulisan saudari Purti Reski Ananda, Beliau adalah Mahasiswi Kampus Hitam, salah satu penulis hebat yang saya kagumi, tulisan beliau ialah "Gadis Pink"

Sebuah tempat jauh dari rumah menjadi payung yang melindungiku bersama seorang teman dari peluru tetesan hujan dan cengkaraman dingin gelap malam, temanku menyebutnya “warung kopi” disana kucicipi sajian tulisan saat aku berpetualang di dunia maya bersama dengan leptop kesayanganku, hingga kutemukan artikel yang berjudul Gadis-Pink.

Rangkaian huruf, kata, kalimat artikel itu seperti perahu layar berhiaskan berlian yang tak seorang pun menolak untuk berlabuh bersamanya, kemudian Gadis Pink mengajakku menjelajahi samudra biru bersama dengan perahu layar itu.

Sepanjang perjalanan aku menjadi pendengar setia curatan hati Gadis Pink, ia mendongengkan selembar demi selembar pahit-manis hidup yang telah ia torehkan selama ini.

Belaian sajak Gadis Pink membuat kelopak mataku termanjakan hingga perahu layar kembali.

Dari luar terdengar suara yang memanggil-manggil namaku, kupalingkan wajah kudengar sapaan guntur dan sengatan kilat menyampaikan pesan bahwa bantal guling dirumah sedang merindukan kehadiranku. Kukedipkan mata hingga perasaanku membisikkan bahwa ia sudah mengantuk.

Kulangkahkan kaki meninggalkan Gadis Pink menuju panggilan kerinduan bantal gulingku. Selangkah demi selangkah ke lewati garis hitam, Tik-tak-tik-tuk dari belakang terdengar suara bergemuruh yang mengikuti hingga aku sampai dirumah.

Dirumah kudekap bantal gulingku, belaiannya menjadikan kelopak mataku makin termanjakan setelah dimanjakan oleh curahan hati Gadis Pink. Kututup jendela mataku hingga kutertidur.

Di dalam mimpi kudengar suara gemuruh itu semakin dekat, ternyata suara itu berasal dari tubuh Gadik Pink yang mengikutiku hingga dalam mimpi, kuhampiri Gadis Pink untuk bertanya kenapa tubuhmu mengeluarkan suara bergemuruh.?

Sambil menangis terseduh-seduh Gadis Pink menjawab, suara gemuruh itu adalah teriakkan kelaparan cacing dalam perutku. Setiap hari suara gemuruh itu mengusik hidupku dan mebuat tubuhku kesakitan.

Usik dan sakit itu memaksa diriku menjadi Gadis Pink yang dulunya teman-teman selalu memanggil namaku Bunga.

Bunga desa yang penuh dengan keceriaan.

Bunga desa yang selalu menampakkan tawa manis.

Bunga desa yang mempunyai cita-cita mulia.

Tapi semua itu telah kukubur dalam-dalam semanjak aku menjadi Gadis Pink.

Karna dengan menjadi Gadis Pink begitu mudah kedapatkan kertas gambar yang orang-orang menyebutnya uang !

Hampir setiap malam kutemani lelaki berkepala tikus untuk melahap kenikmatan dunia, kupasrahkan diriku menjadi pelampiasan hasrat kebinatangannya demi mendapatkan kertas gambar.

Kulihat…

Keseharian lelaki berkepala tikus itu selalu berpakaian seragam duduk dikursi pemerintahan dari pagi hingga sore yang katanya ingin mensejahtrahkan rakyat.

Kulihat…

Lelaki itu bersama dengan gerombolan manusia yang berkepala hewan merampas kertas gambar milik rakyat, mereka juga mengekplotasi sumber daya alam milik rakyat kepada korporasi internasioanal.

Kedengar…

Suara para manusia berkepala hewan itu beronani dengan sejuta janji manis, yang tidak pernah mereka penuhi.

Kudengar…

Suara cemooh mereka mencaci maki teman-temanku dijalan yang mencari kertas gambar karna keseharian teman-temanku pun selalu diusik dan tersakiti oleh suara gemuruh seperti dengan diriku.

……..Entah kenapa didalam mimpi ini aku sadar bahwa para manusia berkepala hewan itu telah membuat jebakan,yang membuat diriku dan teman-temanku tidak bisa berkutik.

Jebakan itu adalah sistem sosial yang membuat kami termiskinkan, mengorganisir kami menjadi gerombolan orang-orang bodoh, dan menjadikan kami menjadi boneka-boneka mainan karna maneuver kedikdayaannya tidak bisa kami bendung, sampai-sampai setiap hari cacing-cacing dalam perut kami berteriak kelaparan.

…….dan pada akhirnya aku harus menjadi “GADIS PINK”

Dalam lubuk hati yang paling dalam kami ingin menggugat tapi apa daya tangan tak sampai.

Kemana para Mahasiswa yang menyebut dirinya aktivis ???

Kemana orang-orang yang menyebut dirinya ulama ???

Kemana para akademisi yang menyebut dirinya Profesor ???

Tok-took-tok suara itu mebangunkanku dari mimpi, suara itu adalah ketukan pintu yang setiap pagi dilantunkan oleh adiku agar aku terbangun dari setiap mimpi-mipiku. Aku terbangun dengan membawa lembaran-lembaran curahan hati Gadis Pink dalam mimpiku dan kutuliskan dalam sebuah coretan kumuh ini…
-HS'Masagenae

Membaca Dan Menulis Bagaikan Pinang Di Belah Dua



Sumber Gambar : www.wallsave.com
Ibu pernah bercerita tentang masa kecilku, saat ia memutar-mutar kedua lututku dan bernyanyi lagu khas bugis “loda-loda uttu jokka ni baja, lari’ni sangadi” kurang lebih liriknya seperti itu, lagu itu merepakan doa yang di interprerasikan dalam sebuah lagu. Ibu sangat antusias mengajariku berjalan agar kelak langkahku bisa menggapai harapan yang ia titipkan kedapaku.

Nak, sekarang kamu sudah bisa berjalan jadi silahkan langkahkan kakimu dan raih mimpimu kata ibuku.” Aku diajari berjalan agar aku bisa berjalan”
Saat berusia 6 tahun ibu mendftarkanku di sekolah Taman Kanak-Kanak, dikampungku dinamakan sekolah anre-anre (makan-makan) karna kami kesekolah menjadi sebuah kewajiban untuk membawa makanan seperti kue, nasi goreng, dan roti, tapi biasanya itu tergantung dari finansial orang tua murid.

Disana aku belajar bernyanyi lagu nasionalisme seolah-olah kami tau apa piloshofhi dari lagu itu. Seandainya saat itu aku memahami akan pentingnya mencintai produk lokal maka aku akan komplain kepada guruku kenapa lagu yang dinyanyikan bukan lagu bugis?

Setahun di TK aku kemudian lanjut sekolah di Sekolah Dasar berbeda ketika di TK disini tak ada lagi pembelajaran menyanyi akan tetapi lebih diprioritaskan belajar baca-tulis.

Seperti dengan ibuku, guru di sekolah pun begitu antusias mengajari kami baca-tulis, sambil memandang kami dengan mata berlinang semoga kedepan kalian bisa bermanfaat untuk bangsa, tutur guruku didepan kami.

“Kami diajari menulis agar kami bisa menulis”
“Kami diajari membaca agar kami bisa membaca”

Setauku dalam Islam ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah iqra dalam ejaan bahasa arab yang artinya bacalah, pikiran nakalku terkadang bertanya-tanya kenapa ayat iqra tidak diturunkan dengan ayat kataba yang artinya menulis. Emm Aku lupa bahwa dalam Al-Quran tidak ada ayat kataba.

Inti dari pembelajaran yang aku dapatkan selama ini, mulai ketika ibu mengajari berjalan sampai kepada guru disekolah mengajari baca-tulis adalah belajar agar bisa melakukan apa yang dipelajaari, ini bagaikan relasi filsafat teoritis dan praktis pen.“muthadha muthahari” bagaimana memahami teori-teori filsafat setelah itu menjawantahkannya dalam lingkungan sosial sebagai rana praktis.

Sama ketika aku belajar mengendari motor setelah aku pintar, hampir setiap pelosok jalan kutelusuri dengan motorku, begitu pula dengan pembelajaranku yang lain.

Tapi kuheran dengan kebanyakan orang yang menghabiskan masa kecilnya dalam penajara tembok kelas Sekolah Dasar untuk belajar baca-tulis akan tetapi mereka malas membaca dan menulis ketika mereka sudah pintar.

Apakah mereka tau begitu sia-sianya pembelajaran yang telah dilakukan selama ini untuk belajar baca-tulis sementara kepintarannya membaca dan menulis tidak pernah di lakukan dalam kehidupan hari-hari.

Buat apa belajar menulis, jika tidak ingin menulis?
Buat apa belajar membaca kalau tidak ingin membca?

Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak terpisah, seperti dua entitas yang memiliki esensi yang sama dengan kata lain bagaikan pinang dibelah dua.

Dari sini kita bisa mengambil pembelajaran bahwa untuk mengetahui bahan bacaan seseorang cukup dengan membca tulisannya begitu pula sebaliknya. Tulisan seseorang merupakan cerminan dari apa yang mereka baca.

Layaknya kedua potongan pinang yang dibelah dua, cukup dengan melihat satu potongan maka itu akan menjadi refresentatif dari potongan yang kedua.

Seseorang yang rajin membaca tapi tidak pernah menuliskan apa yang telah di baca maka ia akan kehilangan satu potongan pinang dalam hidupnya, menulis pun begitu, jika tulisan yang dibuat tanpa ada pondasi membaca, maka kita telah menyia-nyiakan satu potongan pinang lagi.

Jika buku yang ditulis oleh muthadha muthahari, menyederhanakan kompleksitas kehidupan dengan filsafat teoritis dan praktis. Pemahaman filsafat akan pincang jika hanya memahami dan mengaktualkan salah satunya, dan itu bisa dilihat dari pribadi seorang filsuf.

Aku hanya ingin mengatakan bahwa kompleksitas kehidupan itu sesederhana satu buah pinang, bagian manapun dari pinang itu dibelah selama kita memotongnya seimbang maka akan terlihat dua potongan pinang yang kemiripannya susah dibedakan.

Begitu_jua sederhananya kehidupan Membaca-menulis…!!!

-HS’Masagenae

SEJARAH KERAJAAN SUPPA Part I

ILUSTRASI
Daerah kerajaan Suppa pada jaman pemerintahan Hindia-Belanda merupakan daerah Onder Afdeling Pinrang dimana terdapat enam arung tungke (pemerintahan tunggal) terdiri dari Kerajaan Suppa, Sawitto, Alitta, Letta, Batu Lappa, dan Kassa.

Sampai saat Indonesia merdeka dan Pinrang ditetepkan sebagai daerah Tingkat II yaitu Kabupaten pinrang. Secara etimologi Suppa berasal dari kata Subba = Muncul. Pembahasan pada tulisan ini akan lebih terfokus membahas asul-usul Suppa secara pemerintahan bukan suppa secara wilayah sebelum adanya pemerintah, pemerintah yang dimaksud adalah kerajaan Suppa.

Pembentukan kerajaan Suppa diawali dengan pengangkatan Manurung’nge sebagai Datu Suppa pertama oleh orang-orang yang menyaksikan dan mendengar berita kedatangannya di tanah Suppa.

Dalam lontara suppa diceritakan manurung’nge mompo ri lura malowangnge (muncul didanau yg besar : maksudnya ialah laut. pen.) bersama dengan sarung lumut dan benda-benda Arajang/kebesarannya yang serba emas, seperti periuk emas, sendok nasi emas, periuk sayur emas, dan peralatan dapur lain-lainnya yang terbuat dari emas.

Orang-orang yang mengetahui kedatang Manurung’nge kemudian berkerumung mulai dari orang tua, anak/cucu tanpa terkecuali untuk menyaksikan peritiwa itu dengan mata kepala mereka sendiri. Manurung’nge di Suppa tidak ada seorang pun yang mengetahui sosoknya, dari mana datangnya, maka dilekatkanlah kata Manurung’nge kepadanya.

Pada umumnya orang-orang yang melihat manurung’nge adalah seorang perempuan yang rupawan dan tidak ada yang menyamai kecantikannya ditanah Suppa begitupula dengan arajang yg bawa olehnya. Dengan alasan itu sehingga Manurung’nge mendapat perlakuan yang spesial dan mempercayakan sebagai pemimpin mereka.

Dikatakan dalam lontara suppa Lurangngi pabbanua’e ri onrong masennge patuwo engngi alane (Bawalah penduduk ke tempat yang menyenangkan yang bisa menghidupkan dirinya). Pabbanua percaya bahwa Manureng’nge sebagai pemimpin yang mengantarkan kehidupan mereka menjadi lebih baik, sejahtra, dan tentram dari sebelum kedatangannya.

Adapun gelar dari manurung’nge adalah Puatta Kewaramparangnge karna manurung’nge datang dengan harta bendanya dalam bahasa bugis disebut waramparang sedangkan nama dari Manurung’nge adalah We Tipulinge. Dengan dinobatkannya We Tipulinge sebagai Datu Suppa pertama maka resmilah kerajaan Suppa secara pemerintahan, beliau kemudian dipersunting oleh Labangngenge manurung ri bacukiki.

Penulisan cerita kedatangan Manurung’nge ri Suppa tidak disertai oleh penulisan tahun jadi untuk melacak waktu kedatangannya saya menggunakan masa kepemimpinan datu Suppa yang ke IV yaitu Lamakkarawi 1544 M yang dituliskan dilontara Suppa. Jika dirata-ratakan 1 peride 50 tahun jadi 4x50 = 200 tahun. Jadi 1544-200 = 1344 jadi asumsinya kedatangan Manurung’nge pada abad ke 13. Salah satu budayawan pinrang juga yaitu daeng chindang pernah mengatakan kepada saya bahwa kedatangan Manurung’nge ri Suppa pada ke 13 dengan asumsi generalisasi beberapa Manurung di Ajatappareng seperti di Manurung bacukiki dan Manurung cempa yang tertulis dilontara lain.

 -HS'Masagenae
Sumber Gambar : http://hot.detik.com

APAKAH SYAHID DALAM KONSEP ISLAM DAN BACA-BACA KEBBENG TIDAK SINERGIS ?

 Ilustrasi
Sejak tahun 1982 Israel memborbardir Libanon dengan melakukan invasi militer keberbagai pelosok,  terutama pumukiman penduduk dibagian selatan Libanon, ribuan penduduk sipil dan pejuang-pejuang Libanon dan kaum mujahidin mejadi korban tangan besi zionisme.

Walaupun pada akhirnya perjuangan rakyat Libanon menuai hasil pada tahun 2000 karna berhasil memukul mundur dan mempermalukan pasukan zionis yang katanya salah satu militer terhebat di dunia serta berhasil menodai superioritas mitologis kaum zionis.

Salah satu media sosial memuat berita tentang kejadian di Libanon melakukan wawancara kepada seorang ibu, saat sedang wawancara wartawan media itu kaget melihat ibu yang diwawancarainya tiba-tiba meneteskan air mata dengan wajah penuh kebingungan dia bertanya, ibu kenapa menangis ? jawab ibu : anak saya adalah seorang pejuang Hizbullah dia gugur dimedan perang, saya tidak menangisi kematiannya akan tetapi air mata ini menetes karna tidak ada lagi anak laki-laki saya yang bisa berkhikmat untuk rakyat dan agama Allah karna itu adalah anak terakhir saya, dua anak laki-laki saya sebelumnya juga syahid sebagai pejuang Hizbullah.

Cerita diatas menggambarkan tentang kesyahidan tiga orang pemuda yang lahir dalam satu rahim, lahir dari seorang perempuan yang berhati mulai dan memiliki kecintaan ilahi yang membuatnya senantiasa berbesar hati merelakan ketiga anaknya berjuang sebagai pasukan hizbullah untuk melawan kekejaman zionis.

Bagaimana dengan baca-baca kebbeng (kebal) apakah itu bertentangan dengan konsep Syahid dalam perspertif Islam?

Baca-baca kebbeng adalah mantra yang bisa membuat seseorang tidak bisa luka atau kebal ketika terkena senjata tajam, senjata api dan sejenisnya. Dalam  pendidikan kesehatan sama halnya dengan obat anti biotik yang membuat tubuh kebal dari virus, cuman baca-baca kebbeng sifatnya non materi. Selain mantra ada juga benda-benda mistik yang menjadikan seseorang kebbeng seperti kulau bessi, rantai bawi, pabbekkeng dan lain-lain.

Pada dasarnya kebbeng seperti seseorang yang menggunakaan baju besi yang melindungi seluruh bagian tubuhnya akan tetapi baju besi itu tidak bisa dilihat oleh mata.

Tubuh yang terkena sejata tajam pasti akan luka karna itu adalah sunnatullah, jadi kenapa orang kebbeng tidak luka pada saat kena senjata? Karna ada yang melapisi bagian luar tubuhnya sehingga sejata itu tidak bersentuhan lansung dengan kulit. Pelapis itu dipasang menggunakan media mistik sehingga mata telanjang tidak bisa melihatnya.

Sejarah mencatat para pejuang di tanah bugis sangatlah gagah berani ketika melawan imprealisme barat. Belanda dalam hal ini yang dilengkapi dengan persenjataan yang canggih berupa mesin milter yang bersenjata lengkap harus dilawan menggunakan badik, tombak, dan bambu runcing.

Beberapa diantara pejuang pun menjadi sosok heroid dalam cerita tutur masyarakat, cerita tutur masyarakat mengisahkan mereka sebagai seorang yang kebbeng, ketika ditembak oleh pasukan belanda peluru itu tidak bisa melukainya, walaupun baju yang dipakai berlubang oleh peluru akan tetapi kulit yg didalam pakaian tidak lecet sama sekali. Dengan kekebalannya pula mereka begitu mudah melucuti persenjataan pasukan kolonial dan merampasnya..

Kebbeng sosok heroid dalam cerita tutur masyarakat kemudian diroproduksi oleh generasi kontemporer, Kebbeng kini dijadikan sebagai ajang jago-jago-an dikalangan pemuda yang katanya mereka itu kebbeng, Penyakit sosial yang ingin selalu di anggap hebat oleh orang sekitarnya menjadikan mereka begitu pecaya diri tampil dalam perkelahian kelompok karna mengandalkan kekebalannya.

Egoh etnik yang membabi buta yang sangat fanatik juga mengakibatkan terjadinya kompotisi heroisme antar etnis dan kualisi antar etnis dikalangan masyarakat. Mereka yang berada dalam lingkaran konflik etnis berbondong-bondong belajar baca-baca kebbeng untuk memenangkan kompetisi tersebut. Ditambah lagi campur tangan politisi pragmatis yang terkadang mejadikan mereka sebagai preman bayaran ketika ingin memenangkan persaingan kursi di pemerintahan dalam momentum pesta demokasi.

Mungkin beberapa orang berpendapat bahwa keberanian sosok heroid dalam cerita tutur masyarakat dan generasi kontemporer ditanah bugis karna mereka itu kebbeng !

Pertanyaannya kemudian adalah apakah orang-orang yang katanya mereka kebbeng tidak memahami konsep syahid dalam islam ataukah mereka takut mati ataukah kebbeng  dijadikan alternatif untuk membela agama islam ?

Berbeda dengan kaum mujahidin di Libanon yang sangat merindukan kesyahidan. Juni   1985 Operasi syahid diri memaksa tentara Israel dari sebagian besar wilayah selatan Libanon mundur sepenuhnya ke zona yang mereka namakan “zona keamanan” di selatan Libanon setelah sempat memduduki separuh Negara itu.

Oprasi syahid diri dilakukan dengan para pejuang sukarela mengemudikan mobil penuh bom ke sasaran-sasaran Israel, ada juga pejuang sukarela yang bertugas sebagai garda terdepan untuk menidentifkasi bom-bom ranjau yang dipasang oleh pasukan Israel, merelakan dirinya meledak bersama bom-bom ranjau, barulah setelah itu pejuang yang lain menyerang dengan bersenjatakan hanya senjata api ringan tetapi berlandaskan dengan iman yang kuat.

Rasulullah SAW menjanjikan tempat mulia disisi Allah SWT untuk para penghulu syuhada, menjanjikan surga bagi mereka yang syahid membela agama Allah SWT dan para walinya. Sebagaimana dulu para nabi dan  rasul yang syahid, sebagai bentuk kecintaan kepada Allah SWT .  
Sebuah hadis Nabi menyatakan; ( ان أرواح الشهداء تأوي الى قناديل تحت العرش); “Sesungguhnya roh para syuhada ditempatkan dilampu-lampu di Arasy”. (Sumber-http://jalanakhirat.wordpress.com)

Sebagai ummat islam kenapa kita harus menjauhkan diri dari kesyahidan ? kenapa kita harus Kebbeng (kebal) kalau perjuangan kita atas dasar kecintaan kepada Allah dan para walinya ? kalaupun kebbeng itu di gunakan untuk membela agama Allah, argumentasi dan tindakan apa yang bisa membenarkan hal itu?

Merekalah orang-orang kebbeng yang sangat berkapitas untuk menjawab pertanyaan diatas sehubungan karna penulis bukan seseorang yang kebbeng ! jawaban penulis yang mungkin akan sangat subjektf dipaparkan dalam tulisan berikutnya.

Penulis : Haeruddin Syams Masagenae
 Sumber Foto : http://rohayadi.wordpress.com

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger