Foto Saya

Home » » MENGARANG BEBAS KUNCI KEMENANGANKU

MENGARANG BEBAS KUNCI KEMENANGANKU


Pertarunganku memang tidak seheboh Cris john sebegai petinju professional, ia bisa meraih juara dunia sampai 18 kali. Itu adalah pencapaian terbaik sepanjang sejarah tinju Indonesia. 1998 ia memulai kariernya sebagai petinju profesioanal dan berhasil mengkanvaskan semua lawan-lawannya, walaupun di pertandingan terakhir melawan Simpiwe Vetyeka ia harus mengakui kehebatan petinju dari Afrika Selatan itu saat menjelang dimulainya ronde ketujuh.

DUA hari yang lalu, Aku bertarung melawan soal-soal ujian final bersama mahasiswa yang sebelumnya aku tidak pernah duduk berdampingan belajar bersama mereka di dalam kelas. Mereka adalah wajah-wajah baru bagiku, sebagai mahasiswa non regular kami masuk kuliah ogah-ogahan karna mendapat perlakuan diskriminasi di bandingkan dengan mahasiswa regular itulah kenapa kami tidak pernah bertatap muka selama satu semister

Sesaat setelah kertas ujian di bagikan, kami pun berlomba untuk menyelesaikannya. Inilah merupakan budaya pendidikan yang selama ini kudapatkan dalam bangku perkulihan kami bagaikan pembalab GP yang begitu ambisius meraih kemenagan dengan menjadi yang tercepat menjawab pertanyaan di lembar jawaban.

Kuteringat sosok Soe hok gie dalam film Gie sebagai mahasiswa aktifis ia dapat melawan penjara pendidikan formal dengan mengkritik hirarki pendidikan dimana seorang dosen/guru selalu saja merasa paling benar tanpa pernah mengapresiasi gagasan-gagasan para mahasiswanya. Hirarki yang merenggut kemerdekaan berpendapat dan melibas siapapun diantara mereka yang mencoba melawan. Sungguh ironis pada akhir Gie harus termarginalkan dengan sosoknya yang amat kritis.

Aku memang tidak mempunyai kehebatan seperti Kris John dan kecerdasan seperti Gie tapi paling tidak aku bisa menjadi pemenang dalam pertarungan menjawab soal-saol final yang berlansung di panggung akademik. Kunci kemenangan kudapatkan dari kebiasaan membaca dan menulis, walaupun sempat soal-soal itu membuat otakku pusing tujuh keliling tapi berhasil kulibas dengan jurus mengarang bebas.

Selama ini jurus itu kuasa tiap hari dengan membaca dan menulis hingga kuterbiasa melakukannya. Aku menganggap bahwa pendidikan formal tidak akan pernah memberiku kebebasan untuk berkreasi sama halnya yang dirasakan oleh Gie.

Ketika mahasiswa yang lain sibuk membuka buku dan mencari jawaban di internet menggunakan HP mereka, aku dengan santai menjawab pertanyaan itu dengan ala mengarang bebas.

Semester yang lalu aku pun melakukan hal yang sama, walhasil nilai yang kudapatkan tidak jauh beda dengan mahasiswa regular. Aku tidak tau apa standarisasi para dosen memberikan nilai? intinya aku tidak ingin terjebak dalam budaya meanstrem di mana para civitas akademisi berlomba mengejar prestasi akademik sampai-sampai mengacuhkan teman-teman mereka dengan tidak berbagi pengetahuan karna mereka takut nilai akademiknya tersaingi.

Sumber foto : http://dixxieland.com
-HS’Masagenae


0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger