Foto Saya

Home » » CERITAKU TENTANG PASENG TO UGI

CERITAKU TENTANG PASENG TO UGI


noekami.com

Part I

Aja' muattaneng-taneng narekko de natuo,
Aja' muadduta narekko de muritangke,
Aja' muakkiring narekko de nalettu,
Aja'to muabbere narekko de naritarima

Jangan menanam kalau tidak bisa tumbuh
Jangan melamar kalau tidak diterimah
Jangan mengirim kalau tidak sampai
Jangan memberi kalau tidak diterima

****

Kalimat di atas adalah paseng (pesan) orang bugis yang kubaca di grup budaya facebook yaitu SEMPUGI oleh saudaara Budhy Blackred.

Aku terkadang heran mendengar cerita-cerita tentang To Ugi (Orang Bugis) di rantauan sana yang dikenal sebagai preman sosial! Aku lebih heran lagi ketika seseorang berceloteh tentang To Ugi, seolah ia sumber air yang memiliki selaut informasi  tentang To Ugi.

Sementara ketika ditanya, apakah anda orang Bugis? Apakah anda penah ketanah bugis? Atau minimal anda memiliki keluarga orang bugis? Suara datar yang ia keluarkan terdengar “TIDAK”
Melalui coretan ini aku ingin berbagi secuil pengetahuan yang kudapatkan dari diskusi teman-teman di grup SEMPUGI.

Paseng merupakan salah satu instrumen edukatif  To Ugi.  petua-petua moral yang diajarkan kepada anaknya agar kelak mereka bisa memiliki ahklak yang baik dan mulia. Budaya paseng ini diwariskan leluhur-leluhur mereka dari generasi ke generasi melalui kata-kata simbolik yang membutuhkan penalaran untuk menafsirkannya.
 
Aku mengkatagorikan paseng sebagai salah satu genre sastra bugis, ini terlepas dari kensensus para budayawan yang mungkin berbeda denganku, karna menurutku penyampaian paseng sangat piloshofhis, makna denotasinya tersembunyi dalam cangkang kata-kata dan kalimat, dan dibingkai dengan hiasan moralis oleh para leluhur To Ugi, dengan alasan itu kemudian aku menyebut Paseng sebagai sastra bugis.
 
Dulu Aku sering mendengar orang-orang di kampungku menuturkan paseng dengan cara yang amat mendidik !

Di antara beberapa paseng yang kudengar, aku kemudian menyebut budaya paseng sebagai modal sosial Masyarakat bugis, seperti yang dikatakan Loury dalam Coleman (2009 : 415) modal sosial adalah : “kumpulan sumber-sumber yang melekat dalam relasi sosial suatu komunitas yang bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan sosial anak-anak atau pemuda.

Jadi paseng merupakan kumpulan pesan-pesan moral yang diinternalisasikan pada tiap –tiap individu untuk membentuk kedirian mereka masing-masing.

Dari pengalamanku selama ini melihat bahwa edukasi paseng tidak diajarakan seperti di sekolah formal dengan mendiktekannya kepada murid akan tetapi para orang tua dikalangan masyarakat bugis mangajarkan paseng pada moment-moment tertentu.

Pembelajaran paseng sifatnya kondisonal, jadi paseng diajarkan ketika ada moment yang relevan dengan makna paseng. Proses didikasi paseng ini berjalan secara alami layaknya air yang mengalir ke wadah yang kosong intinya adalah tidak ada formalisasi dalam mengajarkan paseng

Misalnya paseng yang kutulis di atas, itu disampaikan kepada orang-orang yang ingin melakukan suatu pekerjaan, sementara disatu sisi kapasitas mereka tidak realistis untuk melakukannya jadi paseng ini berupa teguran halus yang kesannya tidak menekan mental orang-orang yang ditegur.
 
Aku kemudian berpikir, kalau seseorang memahami dengan baik budaya paseng To Ugi, ia tidak akan mungkin menjustifikasinya sebagai preman sosial, adapun penilaian tentang premanisme To Ugi hanyalah kasuistik yang menagalami generalisasi.

2 komentar:

  1. Paseng itu pertama kali ku dengar dari ceramah tasawuf Bugis oleh Ust. Tommy Thompson di Youtube. Teruskan Sdra.

    BalasHapus

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger