Foto Saya

Home » » Sanggar Ambo Sidenreng Kabupaten Sidrap : Warisan yang Menghidupi Tiga Generasi

Sanggar Ambo Sidenreng Kabupaten Sidrap : Warisan yang Menghidupi Tiga Generasi

Foto Anggota Sempugi Bersama Ibu Nurafni (pemilik sanggar Ambo Sidenreng)

SEKITAR tahun 1990 di kabupaten Sidrap seorang musikolog telah mendirikan kelompok musik sanggar Ambo Sidenreng. Berawal dari kecintaan memainkan alat musik tradisional hingga muncul inisiatif untuk membuat sanggar tersebut. Ia adalah M.Risal ayah dari Nurafni sebagai pewaris sekaligus pengelolah sanggar.

Nama sanggar berasal dari sapaan akrab M.Risal yaitu Ambo Sidenreng. Saat Ibu Nurafni bercerita panjang lebar tentang sejarah sanggarnya terbisik kekaguman dalam hati saya mendengar jerih payah rintisan ayanhnya itu “bahwa sanggarnya sudah menghidupi tiga generasi keluarganya dan menjadi warisan keluarga hingga sampai kepada anaknya. 

Wawancara dengan Ibu Nurafni

Mereka sekeluarga lihai memainkan alat musik dan sebagian lainnya juga bisa menari sehingga tidak sulit untuk mencari personil sanggar “Lanjut-nya. Yah keahlian itu merupakan warisan genetika turun-temurun mengingat bahwa nenek moyang mereka adalah seorang pemusik, “hebat bukan! seperti kata pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Namun gerusan modernisasi industri musik tanah air yang diselipkan ditengah-tengah masyarakat kita melalui media elektronik telah menguras keringat Bu Nurafni untuk tetap mempertahankan eksistensi grup musik-nya. Adapun upaya yang ia lakukan seperti menambahkan alat musik kontemporer misalnya gitar, bass, biola dan lain-lain.

Ia adalah sosok Ibu yang tanggap akan perkembangan zaman sehingga mengharuskannya memutar otak tujuh keliling agar sanggar warisannya tetap adaptif  tidak tertelan oleh popularitas musik/band meanstream yang di-blow up oleh stasiun tv swasta nasional untuk meraih keuntungan sebesar mungkin.

Sebagaimana yang sering kita saksikan begitu banyaknya panggung kontes penyanyi/band di tv yang hampir sama sekali tidak pernah menyediakan satu genre pun bagi mereka yang bergelut di bidang musik tradisional, sedangkan kita telah mengetahui bersama bahwa itu merupakan peniggalan terbesar budaya Nusantara kita. ‘Apakah kita hanya berdiam diri melihat warisan itu punah?

Bukan cuman di Kabupaten Sidrap Sul-Sel, beberapa sanggar di pulau Ibu kota pun mengalami nasib yang sama seperti warta republika on line pada tahun 1986 tercatat ada 579 sanggar Betawi. Namun, mulai 2000-an sampai sekarang, sanggar Betawi bisa dihitung jari, menurun drastisnya jumlah sanggar kesenian Betawi karena minimnya kesempatan tampil di sejumlah stasiun televisi, hotel, dan tempat umum lainnya. (baca disini : sanggar betawi terancam punah)

Terus kemana perginya para Professor ke-budayawan kita, menteri kebudayaan dan pariwisata, beserta politisi yang gemar menjual budaya Nusantara untuk meraih simpati masyarakat kita? Semoga mereka tidak menutup mata akan hal ini. Sungguh malang jika warisan itu terputus digenerasi kita hingga tidak bisa lagi dinikmati oleh anak-cucu kita kelak.

Melalui coretan ini saya hendak membantu untuk mengkampanyekan sanggar Ambo Sidenreng, tapi saya garis bawahi ini bukan kampanye politik. Hhhe.

Sekiranya ada yang berminat menggunakan jasa sanggar Ambo Sidenreng silahkan menghubungi Ibu Nurafni, contak person 085 399 766 884, sekedar informasi biaya penyewaan sanggar berkisar Rp. 1.400.000 untuk daerah kecamatan Rappang Sidrap dan sekitarnya, sedangkan di luar wilayah tersebut biayanya tergantung dari jauh-dekatnya lokasi acara.

Makassar 12 Desember 2015

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger