Foto Saya

Home » » Analisis Kemesraan Iran dengan Rusia : Antara Ideologi dan Kepentingan

Analisis Kemesraan Iran dengan Rusia : Antara Ideologi dan Kepentingan

sumber google
Begitu banyaknya klaim akan pemberitaan perang yang terjadi di timur tengah hingga membuat saya bingung untuk  memilah berita mana yang benar dan hoax. Saya melihat begitu besar peran media untuk menentukan keberpihakan masyarakat internasional terkait kisruh berkepanjangan yang melanda negara padang pasir itu. Terkhusus di Nusantara kita bisa merasakan percikannya lewat dinamika yang tersaji dibeberapa media massa dan tak heran jika itu menjadi buah bibir ditengah-tengah masyarakat kita.

Konflik  horizontal yang terjadi di timur tengah khususnya di Suriah dan Irak yang melibatkan beberapa kualisi oposisi pemerintah yang  mengatasnamakan dirinya sebagai mujahidin ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau kadang disebut ISIL (Islamic State of Iraq and Levant). Mereka bertujuan untuk mendirikan negara Islam sebagai bentuk kekecewaan terhadap kepemimpinan Bashar Al-Assad. 

Tuduhan diktator yang dinisbahkan kepada presiden Suriah merupakan alasan pemberontakan tersebut, hingga berita hoax tentang kekejaman pemerintah Suriah pun merajalela di media sosial. Benarkah Bashar Al-Assad seorang diktator ? Seperti warta media on line yang sangat gencar memberikan gambaran tentang Suriah baik itu dari pihak yang pro maupun kontra, kalian bisa membaca di link berikut ini liputanislam.com untuk mengambil kesimpulan sendiri .

Sebagai koalisi Republik Islam Iran (RII) pun turut mengambil peran dengan mendukung pemerintahan Bashar Al-Assad yang kemudian menggait Rusia juga untuk terlibat. Keikutsertaan negeri para mullah (Iran) dan Beruang Merah (Rusia) tersebut kemudian menjadi alasan sebagian orang untuk berkoar-koar memojokkan Iran. 

Walaupun sebenarnya bukan cuman di konflik Suriah dibeberapa aspek lain Iran dan Rusia juga terlihat sangat mesra misalnya kerja sama dibidang ekonomi, politik, dan militer. Sebut saja pembelian senjata rudal S-300 Rusia oleh pasukan garda revolusi Iran. bisa di baca disini sindonews.com.

Mari kita analisis kemesraan Republik Islam Iran dengan Rusia dengan menggunakan pendekatan “Logika : Kata Perbedaan Persamaan”. Yang dimaksud kata perbedaan persamaan adalah dua kata atau lebih yang memiliki ‘makna’ berbeda yang tidak mungkin bersatu secara bersamaan dalam  satu eksistensi tetapi bisa berdampingan dari sisi persamaan. Misalnya kata ‘unta’ dan ‘kuda’ kedua kata tersebut berbeda makna dan mustahil berada dalam satu eksistensi akan tetapi terdapat kesamaan antara kata ‘unta’ dan ‘kuda’ yaitu sama-sama hewan, berkaki empat dan lain sebagainya.

*****

Jika kita membaca sejarah Iran pasca meletusnya revolusi di negara tersebut yang berhasil mengusir Presiden Mohammad Reza Shah Pahlavi selaku presiden Iran dan kemudian Ayatullah Khomeini selaku pemimpin revolusi melakukan referendum dan hasilnya menetapkan ‘Islam’  sebagai idiologi negara tersebut. 

Di sisi lain Rusia yang merupakan reruntuhan Negara Uni Soviet yang beridiologikan ‘komunisme’ walaupun sekarang banyak pendapat yang mengatakan bahwa idiologi Rusia telah beralih dari komunisme menjadi kapitalisme kendati demikian dominasi partai komunis tetap merajalela di struktur pemerintahan Rusia.

ANALISIS : Dalam pembahasan Logika, kata ‘Islam’ dan ‘Komunisme’ merupakan kata perbedaan persamaan yaitu dua kata yang berbeda begitupula dengan maknanya dan mustahil berada dalam satu eksistensi tapi bisa berdampingan dari sisi kesamaan begitu pula dengan kata ‘Kapitalisme. 

Jadi pada hakikatnya Iran yang beridiologikan ‘Islam’ dan Rusia dengan Komunisme-nya tidak mungkin bersatu dalam satu eksistensi karna memperjuangkan hal yang berbeda akan tetapi mereka memiliki sisi kesamaan yaitu sama-sama bermusuhan dengan Amerika Serikat (AS).

Jadi permusuhan terhadap AS-lah yang menjadikan hubungan bilateral negeri para mulla dan beruang merah itu terlihat begitu mesrah. Mengingat bahwa  kemenangan revolusi rakyat Iran tahun 1979 secara otomatis mengubah peta politik dunia karna Republik Islam Iran muncul sebagai penentang keras dominasi negeri paman Sam dalam percaturan internasional. Hal ini tidak jauh beda dengan Rusia sebagai negara yang lahir dari rahim Uni Soviet yang mewarisi permusuhan antara Uni Soviet dan AS. 

Saya teringat akan pesan Ali Bin Abi Thalib Karamllahu Wajjaha tentang pertemanan yaitu Teman-temanmu ada tiga dan musuh-musuhmu juga ada tiga. Adapaun teman-temanmu ialah temanmu sendiri, teman dari temanmu dan musuh dari musuhmu. Sedangkan musuh-musuhmu ialah musuhmu sendiri, musuh temanmu dan teman musuhmu. 

Ketika AS menjadikan Iran dan Rusia sebagia musuh "apakah salah ketika mereka (Iran/Rusia) berteman? Seperti tuduhan presiden Barack Obama bahwa Iran adalah teroris lihat di tempo.co dan sindonews.com yang menjadi indikator permusuhan AS dengan Iran dan rivalitas antara Rusia dan AS terutama di bidang persenjataan militer dan pengayaan nuklir mejadikan Rusia sebagai saingan terbesar AS yang dianggap sebagai musuh. (sumber sindonews.com)

Kesimpulan sederhana saya tentang kemesraan RII dengan Rusia tidak lebih dari adanya kesamaan kepentingan yaitu sebagai pihak oposisi atas kuasa negara adidaya AS disemua belahan benua bumi ini. Pun sekiranya konflik timur tengah akan memicu terjadinya perang dunia III antara AS berserta koalisi NATO-nya melawan RII dan Rusia dengan sekutu-skutunya, dengan kekalahan dipihak NATO, pertanyaannya kemudian apakah RII dan Rusia masih mempertahankan kemesraan bilateral mereka?

Makassar, 11 Desember 2015

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger