Ada
yang menarik hari ini di pelataran Benteng Rotterdam tepatnya di bagian
belakang Museum Galigo, terlihat lapak barang-barang antik komunitas "Der Bougies Vintage" dan
pemusik sinrili (Musik tradisional
Bugis/Makassar) memeriahkan kegiatan
World Heritage Day 2015 (hari warisan sedunia) atau biasa di singkat WHD
yang dilaksanakan oleh Lontaraq Project (LP).
Kegiatan
ini juga untuk memperingati hari pusaka dunia, yang sebenarnya jatuh pada
tanggal 18 April ditetapkan oleh ICOMOS (Internasional
Council on Monuments and Sites) tapi
teman-teman LP melaksanakannya 19 April berhubung baru dapat izin tempat hari
ini 'tutur Lina, ketua panitia WHD 2015.
![]() |
Panitia WHD 2015 |
Acara
ini juga diramaikan oleh penampilan Sanggar Seni Talas yang sempat
berkolaborasi dengan salah satu komunitas pengunjung yaitu Taman Baca Akademos
dan beberapa lembaga lain seperti Sempugi dan Komunitas Sepeda Ontel, Selain
komunitas kegiatan ini juga diramaikan dengan jajanan tradisional, pejual es putar, bakso, baroncong
dan lainnya. Ini kali kedua LP Makassar membuat
event WHD, tapi tahun kemarin mereka melaksanakan kegitan ini di beberapa kota
seperti Yogyakarta, Jakarta, Samarinda, dan Bandung. Di Makassar sendiri WHD
2014 dilaksanakan di Museum kota Makassar.
Yang membuat unik WHD tahun ini ialah karena para panitia dan pengunjung diwajibkan untuk memakai sarung, bagi pengunjung yang tidak membawa sarung mereka bisa minta kepada panitia. Saya sempat tertawa sih melihat dua orang bule yang diajar sama panitia untuk memakai sarung, mereka tampak senang memakai sarung itu walaupun wajah mereka tampak kebingungan. hhhe.
Dan penampilan saudara Arif dengan sinrili-nya. Baru kali ini saya melihat sinrili ala modern, ia bisa memadukan bahasa makassar, melayu, dan inggris ketika mengisahkan sejarah benteng rotterdam sambil memainkan alat musik sinrili, jadi penonton yang tidak paham akan bahasa makassar juga bisa memahami apa yg disampaikan. Sesaat sebagian penonton sempat tertawa terbahak-bahak saat kisahnya disampaikan dengan khas makassar, kami yang tidak paham hanya ikut ketawa dengan wajah kebingungan.
Tahun ini saya merasa sangat senang karna bisa menjadi bagian dari WHD 2015 sebagai salah satu panitia. Amat susah kutemui orang-orang yang mau jadi volunteer untuk melestarikan budaya lokal, tapi saya menemukan segelintir pemuda yang memiliki spirit untuk menampilkan warisan budaya leluhur di tengah-tengah cekokan budaya asing yang menggeser kebudayaan kita sendiri. Yaa aku menyebut mereka sebagai pejuang kubudayaan.
Dan penampilan saudara Arif dengan sinrili-nya. Baru kali ini saya melihat sinrili ala modern, ia bisa memadukan bahasa makassar, melayu, dan inggris ketika mengisahkan sejarah benteng rotterdam sambil memainkan alat musik sinrili, jadi penonton yang tidak paham akan bahasa makassar juga bisa memahami apa yg disampaikan. Sesaat sebagian penonton sempat tertawa terbahak-bahak saat kisahnya disampaikan dengan khas makassar, kami yang tidak paham hanya ikut ketawa dengan wajah kebingungan.
Tahun ini saya merasa sangat senang karna bisa menjadi bagian dari WHD 2015 sebagai salah satu panitia. Amat susah kutemui orang-orang yang mau jadi volunteer untuk melestarikan budaya lokal, tapi saya menemukan segelintir pemuda yang memiliki spirit untuk menampilkan warisan budaya leluhur di tengah-tengah cekokan budaya asing yang menggeser kebudayaan kita sendiri. Yaa aku menyebut mereka sebagai pejuang kubudayaan.
Walaupun
amat berat untuk merealisasikan kegiatan ini berhubung kami terkendala pada
dana, tapi teman-teman mengambil inisiatif agar para panitia menyisihkan
sebagian uang jajan mereka Rp.25.000 per orang, hmm berhubung kami semua adalah
mahasiswa yang masih menggantungkan biaya hidup pada orang tua. Tapi bagi kawan-kawan
LP itu tidak jadi masalah selama WHD 2015 terlaksana sebagai bentuk kecintaan kepada kebudayaan kami.
Baliho yang kami gunakan pun sangat sederhana, dengan mengumpulkan karton bekas,
kemudian ujungnya diikat untuk menghubungkan satu karton dangan karton yang lain, setelah itu ditempeli kertas bergambar dan tulisan
yang sudah kami print, ini kami lakukan karena kami tidak mampu membeli spanduk. Yang membuat
saya salut dengan teman-teman karna mereka pantang mengemis dana kepada pihak korporasi,
pemerintah dll yang selalu mengkomersilkan budaya dengan memberikan bantuan dana kepada
pembuat pentas budaya.
![]() |
Baliho karton |
Di
sisi lain kami juga hanya bisa memakai pelataran belakang benteng rotterdam
karna kami tidak sanggup untuk membayar biaya sewa halaman depan. Dan itu
membuat kami kerja ekstra super karna kami harus mengelilingi benteng untuk mengarahkan
pengunjung ke tempat WHD. Sampai-sampai para pengujung WHD yang datang harus
menelpon kami (panitia) untuk mengetahui lokasinya. Seperti teman saya yang kebingungan
saat tiba di benteng “Bro di bagian mana kegiatanmu adama ini di benteng,
“tanya teman saya di telpon.
Yaa, walaupun
sangat sederhana, kami sangat bersyukur bisa menyukseskan kegiatan ini, dan kami
juga tidak menyangka pengunjung yang datang sangat banyak hingga kami sangat
kewalahan, diakhir tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpatisipasi dalam World Heritage Day
2015 “salam hormat saya kepada panitia WHD dan pengurus LP terutama kepada kanda Maharani Budi yang akrab disapa Ran, keringat kalian begitu mulia untuk menjaga kebudayaan nenek moyang
kita, dan semoga kita bisa berjuang bersama-sama lagi pada WHD tahun depan.
![]() |
Lapak Der Bougies Vintage |
![]() |
Musikalisasi Sanggar Seni Talas |