Foto Saya

Home » » Tinjauan Kritis Asal Mula Nama Pinrang

Tinjauan Kritis Asal Mula Nama Pinrang

Majalah Sastra SALO SADDANG
Kamis, 30/Januari/2014, Aku mendapatkan sebuah majalah dari seorang teman, ia adalah sosok spirit bagiku untuk terus belajar menulis terutama tentang sejarah dan kebudayaan Pinrang. Selama ini referensi yang aku dapatkan tentang sejarah dan kebudayaan pinrang hampir semuanya kuperoleh darinya.

Satu kebahagian bagiku karna majalah yang ia berikan diterbikan oleh Komunitas Penulis Pinrang, aku menganggap bahwa majalah itu merupakan partisipasi reel perjuangan pemuda Pinrang untuk melestarikan kebudayaan lokal. ekspresi kebahagian itu merupakan puncak dari kegelisahanku karna selama ini hampir-hampir aku tidak menemukan saudara-saudarku di Pinrang yang melakukan hal itu.

Majalah itu adalah Majalah Sastra “Salo Saddang" media yang menampung kreasi berupa esai, cerpen, puisi, resensi, riset ataupun laporan jurnalistik. Aku sangat mengapresiasi karya itu karna sangat jarang kutemukan komunitas pemuda Pinrang yang memiliki perhatian lebih terhadap sejarah dan kebudayaan Pinrang dan partisipasi Komunitas Penulis Pinrang dengan membuat majalah itu menuruku sangat luar biasa karna media itu bisa menjadi sumber informasi untuk berbagai pengetahuan seputaran sejarah dan kebudayaan Pinrang, Yah semoga apa yang dilakukan oleh kawan-kawan team Majalah Sastra Salo Saddang bisa memberikan sumbangsi besar untuk perubahan Pinrang menjadi lebih baik lagi kedepannya.

***

Salah satu artikel dalam Majalah Sastra Salo Saddang  edisi I Januari-April terdapat tulisan yaitu Asal Mula Nama Pinrang oleh La Dawan Piazza, kesempatkan waktu untuk membuat tulisan ini untuk menjalin silaturahmi melalui media antar sesama pemerhati sejarah dan kebudayaan Pinrang.dan memberikan sudut pandang berbeda dari apa yang telah dipaparkan oleh La Dawan Piazza.

Dalam tulisannya La Dawan Piazza menyebutkan ada dua peristiwa asal mula penamaan Pinrang.

Peristiwa pertama “Pinra-Pinra Onroang” artinya pindah-pindah tempat, beliau mengatakan dalam tulisannya bahwa zaman dahulu banjir besar melanda Sulawesi, banyak daerah yang tergenang air termasuk daerah Pinrang. Jadi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut hidupnya berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari  wilayah pemukiman yang bebas genangan air dalam bahasa bugis disebut “Pinra-pinra Onroang” (berpindah-pindah tempat). Setelah masyarakat menemukan tempat pemukiman yang baik maka dinamakan tempat tersebut, “Pinra-pinra” (Pindah-pindah).

Peristiwa kedua, Sekitar tahun 1540 kerajaan Gowa melakukan invasi militer terhadap kerajaan Sawitto dan perlawanan yang dilakukan oleh La Palateang Raja Sawitto pada saat itu dan para perajuritnya yang gagah berani tumbang oleh kekuatan militer Gowa. Kekelahan itu mengakibatkan ditangkapnya Raja La Palateang dan permaisurinya dan mereka dibawa ke Gowa sebagai tanda kemenangan Gowa atas Sawitto.

Singkat cerita diutuslah dua bersaurada To Barani yaitu To Lengo dan To Kipa untuk membebaskannya. Akhirnya mereka berhasil menyelamatkan raja La Palateang beserta permaisurinya dan dibawa kembali ke Sawitto. Kedatangannya pun disambut dengan luapan kegembiraan oleh rakyat dan dielu-elukan sepanjang jalan menuju istana.

Dibalik kebahagian itu, mereka terharu melihat kondisi sang raja yang mengalami banyak perubahan seraya mengatakan “Pinra kana’ni tappana datu’e pole ri Gowa” yang artinya wajah raja mengalami perubahan sekembalinya dari Gowa. (untuk lengkapnya silahkan baca di Majalah Sastra SALO SADDANG hal.34 Asal mula nama Pinrang oleh La Dawan Piazza)

Dalam penjelasan La Dawan Piazza mengatakan bahwa Pinrang berasal dari kata Pinra yang mengalami pengaruh intonasi dan dialek bahasa bugis sehingga menjadi Pinrang yang sekarang diabadikan menjadi Kabupaten Pinrang.

Dari tulisan beliau aku akan mencoba melakukan tinjauan kritis dari apa yang telah beliau jelaskan, misalnya penggunaan kata Pinra pada dua kalimat yang mempunyai arti yang berbeda yaitu “Pinra=Pindah” pada kalimat “Pinra-Pinra Onroang” dan “Pinra=Perubahan” pada kalimat “Pinra kana’ni tappana datu’e pole ri Gowa” bagaimana bisa satu kata yang mimiliki arti yang berbeda dalam dua kalimat?

Dan kedua peristiwa yang beliau sebutkan yang mejadi momentum kata Pinra dan digunakan untuk melegitimasi penamaan Pinrang terjadi pada waktu yang berbeda peristiwa pertama adalah peristiwa banjir besar sebelum terbuntuknya kerajaan Sawitto, dimana kerajaan Sawitto terbentuk pada abad ke 13-14 (ini masih menjadi perdebatan dikalangan sejarahwan). Jadi banjir besar yang dimaksud terjadi sebelum abad 13-14 dan peristiwa kedua penyelamatan raja Sawitto dan permaisurinya oleh To Barani terjadi pada abad ke 15.

Beliau juga mengatakan bahwa pemberian nama Onder Afdeling Pinrang merupakan ketetapan yang dilakukan oleh Belanda yang menjajah Sawitto pada saat itu, jadi ketetapan itu terjadi pada abad 19.  Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kata Pinrang yang diberikan oleh Belanda berasal dari kata Pinra yang mengalami pengaruh intonasi dan dialek bahasa bugis?

Menurutku, mungkin perlu penjelasan ilmiah kenapa bisa Belanda menggunakan kata Pinrang karna tidak mungkin Belanda menggunakan kedua peristiwa yang dijelaskan oleh La Dawa Piazza sebagai dasar untuk meberikan nama Pinrang karna belanda bisa saja tidak mengetahui kedua peristiwa tersebut.

Kalau kita melihat UU penetapan daerah tingkat II sulawesi yg membentuk tingkat II Pinrang yang ditetapkan pada tahun 1959, dimana selisi munculnya kata Pinra pada kalimat “pinra kana'ni tappana datue pole ri gowa” dengan penetapan pinrang sebagai daerah tingkat II sulawesi sekitar 4 abad 15 tahun (sekitar 8-10 keturunan)  dan kata Pinra pada kalimat “Pinra-Pinra Onroang” yaitu peristiwa banjir besar selisihnya sekitar 5 abad lebih karna peristiwa banjir terjadi sebelum terbentuknya kerajaan Sawitto.

Jadi perubahan intonasi kata Pinra menjadi Pinrang pada peristiwa pertama mengalami proses sekitar 5 abad lebih dan pada peristiwa kedua sekitar 4 abad lebih. Menurutku perlu penjelasan yang lebih detail dan komprehenship terkait penamaan Pinrang dari kedua peristiwa tersebut karna kata Pinra yang diliustrasikan pada dua peristiwa yang berbeda sebagai pembenaran untuk penamaan Pinrang terjadi sangat jauh dengan penetapan Pinrang sebagai sebagai daerah tingkat II Sulawesi.

Dalam tulisan La Dawa Piazza juga menyebutkan Pinrang terdiri dari empat gabungan kerajaan yaitu Kassa, Batu Lappa, Sawitto dan Suppa jadi Pinrang bukan hanya Sawitto sederhananya adalah kedua peristiwa tersebut tidak bisa menjadi refresentatif dari ke empat kerajaan yang tergabung dalam Onder Afdeling Pinrang karna pada saat terjadinya kedua peristiwa itu Sawitto, Batu Lappa, Kassa,  dan Suppa belum tergabung dalam Onder Afdeling Pinrang.

Untuk mengetahui Kerajaan yang tergabung dalam Pinrang baik itu secara wilayah kekuasaan ataupun secara kepemimpinan (persetujuan Raja) kita harus membedakan, Onder Afdeling Pinrang yang ditetapkan oleh pemerintahan Hindia Belanda dan Onder Afdeling Pinrang sebagai daerah tingkat II Sulawesi.

Tapi kalau kita melihat Pinrang sekarang daerahnya terdiri dari beberapa wilayah kerajaan yaitu Kerajaan Akkarungan Tungke dan Akkarungan Lili. Akkarungan Tungke terdiri dari 6 kerajaan, 3 dari pecahan federasi Ajatappraeng yaitu Suppa, Sawitto, Alita dan 3 dari pecahan federasi Masenrengpulu yaitu Kassa, Batu Lappa, Letta. Sedangkan Akkarungan Lili yaitu kerajaan yang tergabung dalam masing-masing Akkarungan Tungke seperti Akkarungeng Lili Suppa adalah Bacukiki, Nepo, Bojo dan Palanro.

Semoga coretan kumuh ini bisa menjadi ajang silaturahmi bagi sesama pemerhati sejarah dan kebudayaan pinrang terutama buat daengku malebbie La Dawan Piazza dan Coretan ini juga akan aku kirim ke email Majalah Sastra SALO SADDANG dan berharap bisa diterbitkan pada edisi berikutnya. (hhe)

Coretan ini juga aku buat sebagai bentuk kecintaanku kepada tanah kelahiranku Pinrang dan sebagai Wija To Penrang yang selalu bermimpi untuk mewujudkan masyarakat Pinrang yang adil dan makmur dalam bingkai kearifan lokal. Mudah-mudahan coretan ini bisa bermanfaat sebagai dialektika gagasan sejarah dan kebudayaan Pinrang. Mohon masukan dan kritikan.

-HS’Masagenae

4 komentar:

  1. Assalamualaikum,
    Tabe'..
    COddo' cedde' dinda ..hehe..
    Kalo sy .. mengenai Alasan dialek yang selama ini menjadi rujukan sejarah lahirnya nama ,Pinrang (Pinra +ng), kurang sepakat .. karena, dalam pengamatan sy, ketika mendengar tutur dr masyarakat Pinrang ketika berbahasa Bugis, jarang mengatakan Pinrang, melainkan PENRANG ... jadi kalo alasan dialek sy rasa masih keliru. hehe ..
    namun kalo dari versi lainnya yg mengatakan bahwasanya asalmula kta Pinrang itu dari kata Benrang , dimana daerah Pinrang banyak Benrang nya ... mungkin lebih dekatki menjadi Penrang .. hehe... bagaimana sappo' :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wslam. Makasih banyak masukannya daeng, sy juga berpikiran begitu sihhh. tapi masih perlu penelitian dan penelusuran lebih jauh daeng. Sya melihat kebanyakan cocologi referensi di Internet yg membahas sejarah Pinrang dan celakanya itu di jadikan sebagai rujukan, hhhe

      Hapus
  2. Ha.ha.ha. itu tulisan saya yang saya ambil dari berbagai sumber baik dari sumber pemerintah dan tulisan di internet kemudian saya satukan dalam sebuah cerita rakyat, mengenai peristiwa banjir besar itu hanya khayalan saya semata untuk memperkaya sebuah tulisan.

    Dari Penulis La Dawan Piazza

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyye,,, saya hanya berpikir klo menulis sejarah sepertinya harus didukung data yg kuat dan penelitian apa lagi klo untuk di publikasikan. Tapi saya berterima kasih krn dengan adanya tulisan La Dawan Piazza tentang sejarah Pinrang sehingga saya bisa membuat tulisan ini. sekiranya La Dawan berkenang mohon tulisan sy juga di kritiki sebagai mana sy menkritiki tulisan sejarah Pinrang yg anda buat. Tabe

      Hapus

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger