Foto Saya

Home » » Coretan Refleksi : Ekspose hasil survei IDEC dan Diskusi Politik “Membaca Politik Makassar, dan Meramal Politik Nasional”

Coretan Refleksi : Ekspose hasil survei IDEC dan Diskusi Politik “Membaca Politik Makassar, dan Meramal Politik Nasional”


Foto Narasumber Diskusi Politik
HARI ini aku baru saja mengikuti ekspose dan diskusi politik yang dilaksanakan oleh salah satu lembaga riset yaitu IDEC di woodsy Gab. Sebagai lembaga riset IDEC telah melaksanakan survei tentang persepsi pemilih menyangkut partai politik sebagai peserta pemiliu 2014 mulai dari tanggal 25 januari – 10 Februari. Dengan mengambil 640 sampel dan margin of eror ± 4 % pada lima daerah pemilihan kota Makassar. Acara itu juga diikuti oleh beberapa caleg partai politik dan media.

Direktur Riset IDEC yang akrab disapa Bang Rahmat mengawali diskusi dengan memaparkan hasil survei yang telah mereka lakukan bersama team survei IDEC. Salah satu hasil survei yang masih hangat dalam ingatanku adalah tentang alasan partisipasi pemilih pada 9 April mendatang adapun hasil surveinya sebagai berikut.

•    54.55 % karna sadar akan hak dan tanggung jawab sebagai warga Negara
•    1.01 % karna tertarik kepada visi dan misi caleg parpol yang saya dukung
•    14.14 % karna ingin ada perubahan dan perbaikan nasib melalui partai yang didukung
•    8.33 % ikut-ikutan
•    2.02 % karna ada keluarga yang menjadi caleg
•    1.26 % karna ada calon president atau tokoh partai yang disenangi
•    18.69 % karna menanti pemberian dari caleg dan parpol dimasa jelang pemilihan

Dari hasil survei di atas sangat terlihat jelas bahwa parpol tidak bisa menyajikan caleg yang berkulitas yang memiliki nilai jual kepada masyarakat dalam pesta demokrasi politik, terlihat hanya 1.01 % responden yang berpartisiapasi untuk memilih karna tertarik kepada visi dan misi caleg.

***
Pada kesempatan ini aku tidak akan banyak bercerita tentang hasil survei IDEC karna takutnya yang aku sampaikan sangat subjektif. Aku lebih tertarik dengan diskusi politiknya. Karna selain direktur IDEC ada tiga narasumber yang di hadirkan pada acara disikusi politik tersebut yaitu Pa Firdaus Muhammad, Pa Hidayat Nawir Rasul, dan Pa Aswar Hasan.

Hampir semua narasumber menjelaskan secara gamblang tentang bobroknya sistem demokrasi politik di negri ini, dari berbagai sudut pandang berbeda baik itu perspektif media, akademisi, praktisi, pemerintah, partai politik dan lain sebagainya, seperti yang disampaikan oleh salah satu narasumber tentang sistem pemilihan transaksional yang mendominasi dalam pesta demokrasi, hingga sampai kepada kesimpulan bahwa mayoritas pemilih dalam hal ini rakyat membutuhkan pendidikan politik untuk menjadi pemilih cerdas.

Ketika salah satu seorang peserta bertanya akan hal itu, siapa yang bertanggung jawab atas kurangnya pendidikan politik yang didapatkan oleh rakyat? Aku sangat kecewa mendengar jawaban yang diberikan oleh beberapa narasumber karna mereka memberikan jawaban yang ambigu dan saling melempar bola, ditambah lagi komentar beberapa peserta diskusi yaitu para caleg papol yang melempar kembali bola yang diberikan kepadanya oleh narasumber.

Dan ujung-unjungnya mereka menyalahkan rakyat karna menjadi pemilih pragmatis. Sekiranya rakyat sebagai pemilih juga diberikan kesempatan dalam panggung-panggung publik untuk menyampaikan pembelaan diri, mereka juga pasti memantulkan bola yang diberikan kepadanya. Tapi sayang punggung publik hanya milik elite bangsa ini, mulai dari elite parpol, politisi, akademisi, media, NGO sampai kepada elite mahasiswa. Karna tukang beca, supir angkot, dan semua non elite tidak pernah diundang untuk berekspresi di atas panggnug publik.

Aku sangat heran mendengar ketika tuduhan itu ditujukan kepada rakyat, karna pada dasarnya mereka hanya memilih, apa yang disajikan oleh parpol sebagai aktor utama demokrasi politik. Toh rakyat juga tidak pernah ditanya celag dan pemimpin apa yang mereka inginkan, yang terjadi hanyalah rakyat menjadi pemilih determitis dari pilihan yang disajikan oleh berbagai parpol dan beberapa diantara mereka juga takut berdosa karna melanggar fatwa bahwa gol-put itu haram. Dan rakyat juga menjadi pemilih pragmatis (transaksional) itu karna mereka ditawari oleh beberapa caleg dan parpol bukan mereka yang memintannya, bukankah yang melakukan serangan fajar itu adalah orang-orang parpol dan caleg?

Setelah acara diskusi itu selesai aku sempat berpikir, bagaimana jika rakyat yang dituduh pemilih pragmatis di panel dengan caleg parpol dengan dua tema yang berbeda yang pertama masalah pendidikan politik, yang kedua masalah cara bertani yang baik bagi pemilih pragmatis petani, ataukah cara mencari penumpang bagi pemilih pragmatis tukang beca atau supir angkot, intinya tema kedua disesuaikan dengan profesi pemilih pragmatis “katanyan mereka” !!!

Hmmm aku pun ingin bertanya kepada pembaca, siapakah yang bertanggung jawab atas pendidikan politik rakyat (?)

Makassar 18 Februari 2014
-HS’Masagenae

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger