![]() |
IRFAN dan HS'Masagenae |
Tipologi masyarakat perkoataan
sangat identik dengan bangunan modern yang menyediakan berbagai fasilitas mewah,
tak heran jika mall-mall menjadi tempat idola masyarakat Makassar untuk mengisi
hari libur mereka. Hal itu sudah menjadi budaya meanstrem masyarakat kota dimana
ketika masyarakat desa datang ke kota mayoritas dari mereka memilih mall
sebagai pilihan utama untuk dikunjungi.
Saya ingat ketika
pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, walaupun saya tidak meminta teman
saya langsung mengajak saya pergi ke mall. Bukan cuman mall masih masih banyak
bangunan mewah lainnya yang menjadi idola di kota Makassar misalnya trans
studio, rumah bernyanyi, bahkan sampai tempat hiburan lokalisasi dan klub malam.
Imbasnya adalah objek
wisata yang tidak dilengkapi dengan fasilitas mewah tidak termasuk dalam daftar
pilihan untuk dikunjungi, seperti objek wisata budaya benteng rotterdam, benteng
sombaopu, dan makam raja Tallo yang terlupakan akibat kemegahan yang disajikan oleh
kota Makassar. Tapi diantara ketiga tempat wisata budaya itu yang paling sepi
dari pengunjung ialah kompleks makam raja Tallo
Padahal jika
dipikir-pikir objek wisata budaya lebih memiliki unsur edukatif jika dibandingkan dengan mall-mall, misalnya
kompleks makam raja Tallo, disana kita bisa mendapat informasi sejarah kota
Makassar khususnya tentang kerajaan Tallo oleh pengelolah makam dan masyarakat
yang tinggal disekitaran makam. Apalagi disana juga tempat dimakamkannya
beberapa perintis cikal bakal terbentuknya kota Makassar yaitu raja-raja Tallo
Beberapa hari yang lalu
saya berkunjung di makam raja Tallo dan saya sempat berbincang dengan salah
satu masyarakat disana. Katanya dulu makam ini sangat ramai didatangi oleh
orang terutama bangsawan Bugis/Makassar, akan tetapi mereka bukan hendak
berwisata melainkan berziarah. Dulu mereka juga sangat menjaga dan mensakralkan
makam tersebut mengingat bahwa disana tempat dimakamkannya raja-raja Tallo yang
memiliki sejarah riwayat kepemimpinan yang luar biasa olehnya itu masyarakat
sangat segan dan menghormatinya.
Masyarakat Makassar
dulunya setelah melakukan resepsi pernikahan mereka biasanya meluangkan waktu
untuk berziarah ke makam raja Tallo setelah sehari resepsi pernikahan, terutama
masyarakat yang tinggal disekitaran pusat kerajaan Tallo yang sekarang menjadi
kecamatan Tallo. Bahkan orang dari luar Makassar pun biasanya menyempatkan diri
untuk datang berziarah kesana apalagi di hari raya idul fitri dan idul adha.
***
Akan tetapi konstruk modernisasi
telah merubah paradigma masyarakat yang dulunya begitu meluhurkan sejarah dan
kebudayaannya, memuliakan pendahulunya karna telah berperan besar untuk
membentuk peradaban masyarakat Makassar. Kini seakan mata meraka tertutup oleh
gemerlap kota Makassar, kota modern yang dihiasi bangunan mewah yang dibangun oleh
pemilik modal kapitalisme. Paradigma yang membuat situs-situs sejarah menjadi
objek wisata dan menghilangkan esensi kesakralannya.
Semenjak makam raja
Tallo dipukar menjadi objek wisata budaya oleh pemerintah melalui Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1974-1975 dan 1981-1982 hampir semua orang
yang datang kesana hanya untuk berwisata. Berbeda dengan yang dilakukan oleh
masyarakat dulu yang datang untuk berziarah. Apakah mereka tidak tau bahwa
makam yang mereka jadikan sebgai objek wisata budaya adalah makam raja-raja
Tallo yang sangat disegani dan dihormati.
Raja sebagai penguasa sebagian
besar wilayah kota Makassar pada saat belum terbentuknya RI, walaupun kini
Tallo hanya sebuah kecamatan yang luasnya tidak sebanding pada saat Tallo masih
menjadi kerajaan. Berbeda dengan kerajaan kembar Tallo yaitu Gowa yang menjadi
sebuah kabupaten. Bukanya saya mendukung feodalisme akan tetapi kita juga harus
memberikan penghormatan kepada beliau, bukan dengan menjadikan makamnya sebagai
objek wisata budaya.
Jika kita bercermin
kepada masyarakat Jepan yang tergolong masyarakat modern akan tetapi mereka
sangat menjaga budaya dan tidak pernah melupakan sejarahnya dan mensinergiskan
antara sains dengan kebudayaan. Kenapa mereka bisa melakukan itu, sementara masyarakat modern kota Makassar
tidak bisa melakukannya.?
Entahlah kenapa itu
bisa terjadi! melalui tulisan ini saya ingin mengajak para pembaca khusunya
masyarakat modern kota Makassar agar kita sama-sama menjaga dan melestarikan
situs-situs sejarah kota Makassar.
-HS'Masagenae
Kalau kita berbicara tentang Kerajaan Tallo,secara otomatis kita juga membicarakan kota Makassar yg sekarang jadi Ibu Kota Provinsi Sul.Sel.Karena dari Tallo lah nama Makassar tercipta,Kompleks Makam Raja-raja Tallo sekarang dulunya adalah sebuah Benteng Pertahanan Kerajaan Tallo,yg luasnya satu Kelurahan Tallo yg berbatasan dengan sungai Tallo dan Selat Makassar.
BalasHapusterimah kasih bang Anwar. tapi keberadaan Tallo sekarang kian meredup beda dengan Gowa yang makin bersinar.
Hapus