Kontribusi mahasiswa dalam sejarah perkembangan RI
telah menganggkat stratafikasinya, digambarkanlah posisi mahasiswa berada
ditengah-tengah antara rakyat dengan pemerintah sehingga timbul perspektif
dalam masyarakat mahasiswa sebagai kaum terdidik yang mampu menjadi motorik untuk
membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Buah dari gerakan mahasiswa yang sifatnya temorer yang
dicatat dalam sejarah, kini direproduksi menjadi cerita heroid, spekulasi
heroisme mahasiswa dijadikan dongeng yang dicerikan pada mahasiswa baru dalam
prosesi pengkaderan. Dimana spekulasi tersebut merupakan usaha pelarian dari ketidak mampuan
mahasiswa sekarang melakukan perlawanan terhadap dominasi oligarki dalam
lingkungan kampus.
Pengultusan inilah yang membuat mahasiswa besar
kepala seolah-olah harapan untuk mencapai sila ke 5 dari pancasila “keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” ada ditangan mereka, yang menjadi
pertanyaan kemudian kenapa sampai sekarang keadilan tersebut belum bisa
dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia? malah kondisinya keadilan itu hanya
milik orang kaya saja, begitu besar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin
secara finansial maupun dimata hukum.
Dikotomi mahasiswa, rakyat, dan pemerintah merupakan
kecelakaan berpikir yang terbangun selama ini, yang mejadikan rakyat
menggantungkan harapan mereka kepada mahasiswa atas kezaliman yang dilakukan
oleh penguasa, apakah perubahan bisa terwujud jika hanya mahasiswa yang
berjuang? Ohh tidak, itu sangat mustahil
karna tanpa ada integritas ketiga elemen tersebut secara komprehenshif maka
harapan untuk tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya
akan menjadi mimpi belaka.
Jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa masyarakat itu tersusun atas mahasiswa, rakyat, pemerintah dan tidak akan
berubah keadaan mereka kalau perjuangannya tidak sinergis untuk merubah keadaan
mereka sendiri menjadi lebih baik.
"
mohon kritikan dan masukannya"
Haeruddin Syams Masagenae
0 komentar:
Posting Komentar