Foto Saya

Home » » Aksara Lontara Telah Tergantikan ; Nenek dan Cucunya Merasa Terasing

Aksara Lontara Telah Tergantikan ; Nenek dan Cucunya Merasa Terasing

Ketika saya bertamu kerumah teman, saya melihat neneknya yang berusia sekitar 80′an kebingungan mendengarkan cucunya yang sangat cerewet, begitu fasih berbahasa Indonesia yang bercampur bahasa inggris, saking cerewet cucunya sampai-sampai mendominasi perbincangan canda tawa ditengah-tengah keluarga. Dengan wajah yang sedih nenek kemudian bertanya kepada anaknya “awwe agaje ro na fau appoku ” (apa yang sedang dibicarakan oleh cucu’ku) maklum nenek tidak mengerti bahasa Indonesia. dengan berbisik saya kemudian bertanya kepada teman, kenapa bisa nenekmu tidak tau bahasa Indonesia.? jawabnya karna waktu mudah dulu nenek saya hanya belajar aksara lontara dan aksara arab, apalagi penduduk kampung disini pada masa nenek saya hanya menggunakan bahasa bugis.

Sebaliknya adik teman saya cucu cerewet terlihat wajahnya berkerut karna bingung saat mendengar neneknya bercerita kata teman saya adeknya lahir dan besar dikota tidak pernah diajar bahasa bugis jadi wajar kalau kebingungan.

Tentang Aksara Lontara :

Aksara lontara merupakan salah satu filologi Aksara Nusantara yang dulunya digunakan oleh masyrakat Sulawesi Selatan ketika menulis, sebelum adanya aksara latin (alphabet Indonesia) yang diinterpretasikan dalam ejaan yang disempurnakan sebagai bahasa pemersatu RI. Aksara tersebut ditulis pada daun lontar yang panjang dan tipis digulungkan pada poros kayu sebagai mana tepe recorder itulah kenapa dikatakan aksara lontara. Dan aksara lontara terdiri dari 23 konsonan tidak memiliki sebuah virama (tanda pemati vocal) atau tanda konsonan akhir seperti aksara latin.

Lontara'
Lontara' Bugis-Makassar

Dalam perbincangan yang dipaparkan diawal tulisan terlihat bahwa adanya pergeseran budaya penggunaan aksara lontara ke aksara latin yang mengakibatkan nenek dan cucunya merasa kebingungan. Urbanisasi mengakibatkan perbedaan bahasa seperti pada cerita diatas yang kemudian menimbulkan kesan “terasing” dari kedua belah pihak, kata “terasing” disini mimilki konotasi yang bias karna tidak ada kemutlakan objek yang terasing dari salah satunya. Seperti halnya bias urban dimana masyarakat pedesaan selalu dianggap terasing akan tetapi ketika orang yang tinggal dikota datang kedesa toh dia juga akan merasa terasing. Sampai-sampai orang desa yang tidak mengetahui aksara latin disandingkanlah buta huruf kepada dirinya tanpa harus mengkaji lebih jauh kenapa mereka bisa seperti itu.

Kalau kita membaca sejarah Sulawesi Selatan sebelum adanya penyeragaman bahasa, penggunaan aksara lontara dalam masyarakat bugis-makassar merupakan hal yang lumrah bahkan pada masa pendidikan sekolah rakyat diwajibkan untuk belajar baca-tulis dengan menggunakan aksara lontara dan seseorang tidak pernah sama sekali merasa terasing akan hal itu.

Saat terjadi islamisasi pun masyarakat Bugis diperkenalkan dengan Aksara Arab, akan tetapi penggunaannya tidak menggeser budaya Aksara Lontara walaupun disatu sisi terjadi perubahan penulisan karna proses akulturasi budaya. berbeda ketika penerapan Aksara Latin dengan adanya legitimasi hukum yang terjadi adalah asimilasi budaya dimana penggunaan Aksara Lontara digantikan oleh aksara latin dan ketika masyarakat bugis-makassar kekenian tidak bisa baca-tulis menggunakan Aksara Lontara dianggab biasa-biasa saja . Yang menjadi pertanyaan apakah mereka bisa disandingkan sebagai seseorang yang buta huruf ?

Mungkin saja fenomena ini bukan hanya terjadi pada Aksara lontara akan tetapi semua Aksara Nusantara. Jadi menurut hemat saya sangat penting untuk melakukan pemberdayaan Aksara Nusantara untuk mencegahnya dari kepunahan akibat modernisasi .

(Mohon kritikan dan sarannya)
-HS'Masagenae

2 komentar:

  1. Kalau di SDnya anak sulungku masih belajar aksara Lontara' :)
    Nice posting :)

    BalasHapus
  2. iyye Bunda makasih sudah berkunjung... Semoga Si Sulung bisa menguasai aksara lontara. hhhhe

    BalasHapus

Halaman

Twitter

 
Support : http://sempugi.org/ | Your Link | Your Link
Copyright © 2014. Haeruddin Syams - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger